Ia mengunggah foto-foto keluarga, menulis tentang virus corona, juga mendesak orang-orang agar segera divaksin. Pada Mei lalu, ia sempat menandai hari jadi pernikahannya di Facebook.
“Selamat hari jadi pernikahan ke-15, Graham Dickason. Sungguh sebuah petualangan. Kita telah menciptakan keluarga yang baik dan menjalani hari-hari menyenangkan bersama,” tulisnya.
“Semoga tahun-tahun ke depan akan lebih berkah, lebih bahagia dan semoga anak-anak membiarkan kita tidur.”
Baca Juga: Selandia Baru Laporkan Kematian Perdana karena Vaksin Covid-19 Pfizer, Diyakini Efek Samping Langka
Laman Facebook Lauren menyebut, ia menyelesaikan SMA di Pretoria dan kuliah kedokteran di Cape Town.
Mandy Sibanyoni, yang bekerja sebagai pengasuh anak-anak Dickason di Pretoria, Afrika Selatan, menggambarkan mereka sebagai keluarga yang luar biasa. Menurutnya, tak ada masalah yang kentara pada keluarga itu.
Satu-satunya tanda ‘stres’ yang ia lihat pada Lauren, kata Sibanyoni, adalah saat salah satu putrinya lahir dengan cacat bibir, yang segera ditangani melalui operasi. Namun, imbuhnya, Lauren dan Graham mencintai putri-putri mereka, tak peduli apa pun omongan orang.
“Saya tercabik-cabik, sebagian dari saya hilang,” tuturnya sedih, mengenang ketiga anak Dickason yang sempat diasuhnya. “Mereka anak-anak saya juga, karena saya ikut membesarkan mereka.”
Sibanyoni juga bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. “Apa yang salah? Lauren mencintai anak-anaknya,” tukasnya.
Baca Juga: Selandia Baru Minta Maaf Secara Resmi ke Warga Pasifik Terkait “Serangan Fajar” di Masa Lalu
Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Grant Robertson menyatakan, tragedi pembunuhan itu sungguh tragis dan menyampaikan bela sungkawa pada mereka yang terkait dengan keluarga itu.
Menurut komandan wilayah Aoraki Inspektur Dave Gaskin, pembunuhan itu mengguncang warga Timaru, terutama karena bulan lalu, lima remaja dari kota itu tewas dalam kecelakaan mobil.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.