WELLINGTON, KOMPAS.TV – Seorang perempuan berusia 40 tahun didakwa bersalah telah membunuh tiga gadis cilik di Selandia Baru.
Meski polisi tidak mengungkap identitas perempuan itu, namun kantor berita Stuff menyebut bahwa perempuan itu adalah Lauren Dickason, ibu dari ketiga anak yang tewas terbunuh.
Lauren adalah seorang dokter yang baru pindah dari Afrika Selatan ke Selandia Baru bersama ketiga putri dan suaminya, Graham Dickason, seorang ahli bedah ortopedi.
Menurut polisi, perempuan itu telah membunuh dua bocah kembar berusia 2 tahun, Maya dan Karla, serta kakak mereka yang berusia 6 tahun, Liane.
Saat polisi mendatangi tempat kejadian perkara di sebuah rumah di kota Timaru, mereka menemukan seorang perempuan yang kini dirawat di rumah sakit dan berada dalam kondisi stabil.
Kurang dari seminggu sebelumnya, keluarga itu tinggal di sebuah rumah yang disediakan bagi para profesional medis di dekat Rumah Sakit Timaru. Sebelumnya, sebagai pendatang baru di Selandia Baru, keluarga itu harus menjalani isolasi selama dua minggu di hotel yang dikelola oleh pihak militer.
Baca Juga: Mencurigakan, Polisi Selandia Baru Selidiki Kasus Kematian Tiga Anak
Melansir Associated Press, Graham tiba di rumah sebelum pukul 10 malam pada Kamis (17/9/2021) dan menemukan jenazah ketiga putrinya.
Tetangga Graham, Karen dan Brad Cowper, segera menghubungi polisi saat mereka mendengar teriakan dan tangisan seorang pria. Mengutip Stuff, mereka menanyai pria itu dan menanyakan apakah ia baik-baik saja.
Namun, ia tak merespons dan terus berteriak berulang-ulang, “Apakah ini benar-benar terjadi?!”
Polisi menyatakan mereka tak memburu tersangka lain.
“Ketika kami menghadapi tragedi seperti ini, kami pasti akan menganggapnya sebagai tragedi pribadi. Banyak dari kami adalah orang tua, kami pun punya anak, dan sisi kemanusiaan kami muncul,” tutur Inspektur Polisi John Price.
Meski didakwa telah membunuh ketiga putrinya, tak ada tanda-tanda ganjil sebelumnya pada Lauren. Laman media sosial Lauren selama beberapa bulan terakhir, saat ia masih tinggal di Pretoria, Afrika Selatan, mengindikasikan hal wajar.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.