Kerusuhan itu merupakan yang terbesar sejak kekacauan apartheid melanda di tahun 1994 silam. Mal dan pusat perbelanjaan dijarah, pabrik dan gudang dibakar, hingga mengakibatkan lebih dari 300 orang tewas.
Presiden Cyril Ramaphosa menggambarkan kerusuhan itu sebagai upaya terencana untuk mendestabilisasi negara yang memiliki perekonomian paling berkembang di Afrika itu.
Baca Juga: Seorang Ibu di Afrika Selatan Lempar Bayinya dari Ketinggian Setelah Gedung Dibakar Massa Penjarah
Kerusuhan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Zuma mungkin akan terhindar dari penjara dan sistem keadilan akan diubah demi menenangkan para pendukungnya.
Zuma, tokoh kontroversial dalam sebagian besar karier politiknya, pula menghadapi tuduhan korupsi dalam kasus terpisah.
Ia dituding menerima suap terkait kesepakatan persenjataan Afrika Selatan senilai 4 miliar dolar AS (sekitar Rp57 triliun) dengan pabrik senjata Thales dari Prancis. Sidang korupsinya, yang dimulai sejak Mei lalu, akan dilanjutkan pekan depan.
Kedua kasus Zuma itu menguji tekad Afrika Selatan untuk membawa figur berpengaruh ke pengadilan setelah dituding telah melakukan kesalahan selama bertahun-tahun.
Ramaphosa, suksesor Zuma, menjadikan pembasmian korupsi sebagai inti kepemimpinannya. Ace Magashule, sekretaris jenderal partai ANC yang juga tokoh berpengaruh, pula menghadapi tuduhan korupsi dan akan diadili.
Zuma dikabarkan tengah dirawat di rumah sakit, namun keberadaannya masih misterius.
Baca Juga: 212 Orang Tewas Saat Kerusuhan Afrika Selatan, Presiden Yakin Telah Direncanakan
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.