KABUL, KOMPAS.TV - Video pemenggalan yang dilakukan anggota Taliban terhadap sosok yang diduga tentara Afghanistan tersebar.
Sebelumnya video pemenggalan tersebut dilaporkan beredar di grup obrolan pribadi anggota Taliban.
Setelah melakukan pemenggalan tersebut, Taliban pun merayakannya dengan seruan-seruan.
Dikutip dari Daily Star, video berdurasi 30 menit tersebut berhasil didapatkan oleh Washington Examiner.
Baca Juga: Tuding Taliban Berbohong, Prancis Tak Ingin Jalin Hubungan dengan Afghanistan
Terlihat para anggota Taliban memamerkan kepala sang tentara sambil berteriak “Mujahideen”.
Satu orang terlihat memegang dua pisau penuh darah, dan enam orang lainnya membawa senapan.
Setelahnya kelompok tersebut meneriakkan pujian terhadap Pemimpin Taliban, Hibatullah Akhunzada.
Kelompok itu juga terdengar tengah membicarakan agar sang korban terlihat sudah ditembak.
Meski tanggal video tersebut tak diketahui, namun muncul beberapa hari setelah Taliban membunuh saudara dari mantan Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh.
Baca Juga: 9/11: FBI Rilis Dokumen Rahasia yang Mengaitkan Keterlibatan Arab Saudi dengan Serangan 11 September
Saudara Saleh, Rohullah Azizi dibunuh di Panjshir, yang merupakan provinsi terakhir yang direbut oleh Taliban.
Panjshir sendiri sebelumnya merupakan benteng terakhir dari pasukan Anti-Taliban.
Utusan PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyon mengungkapkan adanya tuduhan yang bisa dipercaya mengenai pembunuhan yang ditargetkan.
Ia pun mengatakan siapa pun yang bekerja dengan pemerintahan terdahulu dan juga kepada pihak asing, berada dalam risiko dieksekusi.
Baca Juga: Dirumorkan Telah Tewas, Pemimpin Al-Qaeda Muncul Lewat Video saat Peringatan Serangan 9/11
Meski video kekerasan tersebut banyak yang menyangsikan, Taliban menegaskan mereka saat ini lebih moderat dibandingkan sebelumnya.
Tetapi sejumlah kekerasan dilaporkan terjadi dan dilakukan Taliban, sejak mereka kembali berkuasa.
Salah satunya adalah tindakan represif yang mereka lakukan kepada demonstran yang menginginkan hak-hak perempuan dikembalikan.
Begitu juga, kekerasan terhadap jurnalis yang meliput demonstrasi tersebut.
Sumber : Daily Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.