NEW YORK, KOMPAS.TV - Sehari setelah Presiden Joe Biden mengeluarkan mandat yang bertujuan mendorong para pekerja Amerika Serikat untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19, pejabat kesehatan federal merilis beberapa penelitian yang menyoroti efektivitas vaksin.
Tiga penelitian yang mengambil data dari berbagai wilayah di AS itu mengevaluasi kekuatan perlindungan vaksin.
Satu penelitian yang mengamati lebih dari 600.000 kasus Covid-19 di 13 negara bagian, mewakili sekitar seperempat dari populasi Amerika Serikat, antara April dan Juli, menyimpulkan, individu yang tidak sepenuhnya divaksinasi, jauh lebih rentan terhadap infeksi dan kematian akibat virus tersebut.
Studi tersebut juga menemukan bahwa mereka yang tidak mendapatkan vaksin, 4½ kali lebih mungkin terinfeksi daripada orang yang divaksinasi, 10 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan 11 kali lebih mungkin meninggal karena virus corona.
Vaksin juga diyakini efektif untuk melindungi dari potensi rawat inap dan kematian bahkan ketika dihadapkan dengan varian Delta. Tetapi menurut studi tersebut, efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi turun menjadi 78 persen dari 91 persen.
Studi tersebut menggarisbawahi serangkaian temuan serupa dalam beberapa pekan terakhir.
"Seperti yang telah kami tunjukkan, penelitian demi penelitian, vaksinasi berhasil," kata Dr Rochelle Walensky, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pada pengarahan Covid-19 Gedung Putih pada Jumat (10/09/2021).
Karena semakin banyak orang Amerika yang divaksinasi, para ahli berharap orang yang divaksinasi akan lebih besar jumlahnya dari pasien yang dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Temuan Pasien Covid-19 dengan CT Value Rendah 1,8 di RSLI Surabaya, Varian Baru?
"Yang ingin saya tegaskan di sini adalah, masih lebih dari 90 persen orang yang berada di rumah sakit yang tidak divaksinasi," kata Dr Walensky.
"Kami masih memiliki lebih dari 10 kali jumlah orang di rumah sakit yang tidak divaksinasi, dibandingkan dengan yang divaksinasi," tambahnya.
Singkatnya, mereka yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19, jumlah yang belum divaksinasi 10 kali lebih banyak dari jumlah mereka yang sudah menjalani vaksinasi penuh.
Dua penelitian lain yang diterbitkan pada hari Jumat lalu juga mendeteksi menurunnya perlindungan vaksin di antara orang dewasa yang lebih tua.
Sebuah studi yang dilakukan di lima Pusat Medis Urusan Veteran, menemukan perlindungan terhadap rawat inap menurun seiring bertambahnya usia, menjadi 80 persen untuk mereka yang berusia 66 tahun ke atas, turun dari 95 persen untuk orang dewasa berusia 18 hingga 64 tahun.
Studi kedua menemukan efektivitas vaksin menurun pada usia 75 tahun.
Temuan ini dapat membantu mengidentifikasi populasi yang mungkin membutuhkan dosis tambahan atau suntikan booster.
Pada Agustus lalu, Lembaga Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) mengizinkan pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna kepada beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk pasien transplantasi organ.
Tetapi para pejabat mengatakan tidak ada data yang memadai tentang apakah efektivitas vaksin menurun dari waktu ke waktu sehingga suntikan ketiga vaksinasi direkomendasikan bagi orang dewasa yang sehat.
Data juga menunjukkan vaksin Moderna mungkin sedikit lebih efektif dalam mencegah infeksi dan rawat inap dengan varian Delta, dibandingkan dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Kedua vaksin mRNA memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi daripada suntikan Johnson & Johnson, tetapi penelitian ini pada awalnya tidak dirancang untuk mengevaluasi efektivitas komparatif dari vaksinasi yang berbeda.
Dalam studi terhadap 33.000 peristiwa medis di sembilan negara bagian antara Juni dan Agustus, vaksin Moderna memiliki tingkat efektivitas 92 persen terhadap infeksi, dibandingkan dengan 77 persen untuk vaksin Pfizer-BioNTech.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.