Seorang pengungsi Afghanistan, Naim, ayah dari lima anak yang bekerja sebagai penerjemah untuk tentara Amerika Serikat, mengaku segera bersembunyi ketika Taliban merebut ibu kota pada 15 Agustus lalu.
Dia dan keluarganya berhasil melarikan diri ke bandara, di mana mereka menghabiskan tiga malam sampai sebuah pesawat militer Amerika Serikat menerbangkan mereka ke Uni Emirat Arab.
"Kami takut mereka akan membunuh kami," kata pria 34 tahun itu kepada AFP, seperti dilansir France24, saat dia duduk di sebelah istrinya, tiga putri dan dua putra.
"Saya hanya mengambil pakaian anak-anak saya dan kartu identitas kami. Kami kehilangan segalanya, karpet, sofa, pakaian bayi. Semua hilang," katanya.
"Saya hanya ingin anak-anak saya memiliki kehidupan yang baik," kata Naim berkaca-kaca.
Laki-laki, perempuan, dan anak-anak Afghanistan lainnya berkumpul di sebuah fasilitas sementara di ibu kota Uni Emirat Arab, Abu Dhabi. Beberapa terlihat meminum jus buah dalam kotak kecil dan yang lainnya duduk di kursi putih dekat kamar yang ramai dengan staf medis.
Mereka menunggu dengan gugup sebelum menuju ke bandara untuk naik pesawat ke AS.
Seorang anak perempuan Afghanistan muda, dalam gaun urutan hitam-emas, dengan sabar menunggu gilirannya untuk pemeriksaan medis, sambil mengayunkan kakinya ke depan dan ke belakang saat dia bermain dengan boneka beruang.
Baca Juga: Sempat Dipersulit Taliban, Pria Ini Berhasil Evakuasi 200 Anjing dan Kucing dari Afghanistan
Negara-negara Teluk, termasuk Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain dan Qatar, yang menjadi tuan rumah bagi Amerika Serikat dan pasukan Barat lainnya, berperan sangat penting dalam upaya evakuasi dan menawarkan jalan penting bagi warga Afghanistan untuk mendapatkan kehidupan baru di negara ketiga.
Uni Emirat Arab, pada hari Kamis lalu mengatakan, mereka telah membantu mengevakuasi 28.000 orang dari Afghanistan, dan menampung 8.500 pengungsi secara sementara sampai mereka menuju ke Amerika Serikat dalam beberapa hari ke depan.
Sekitar 109.000 orang telah diterbangkan keluar Afghanistan sejak 14 Agustus, satu hari sebelum Taliban berkuasa, kata pemerintah Amerika Serikat.
Beberapa negara - termasuk Prancis, Inggris dan Spanyol - mengumumkan penghentian pengangkutan udara mereka pada hari Jumat, mengikuti negara-negara lain seperti Kanada dan Australia awal pekan ini.
PBB mengatakan sedang bersiap untuk "skenario terburuk" untuk menangani kira-kira setengah juta tambahan pengungsi dari Afghanistan pada akhir 2021.
Meskipun Taliban menjanjikan bentuk pemerintahan yang lebih lembut, banyak warga Afghanistan takut akan pengulangan interpretasi brutal mereka terhadap hukum Islam, serta pembalasan terhadap mereka yang bekerja dengan militer asing, misi Barat atau pemerintah yang didukung Amerika Serikat sebelumnya.
Sumber : Kompas TV/France24/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.