PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV – Pasca pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moïse, negara itu bergolak. Sebanyak 7 tersangka tewas usai baku tembak dengan polisi pada Kamis (7/7/2021). Polisi juga menangkap 6 tersangka, termasuk seorang warga negara Amerika Serikat (AS), dan membebaskan 3 personil polisi yang disandera.
Melansir Associated Press, polisi masih memburu sejumlah tersangka lain. Dalam serangan penembakan brutal di kediaman presiden pada Rabu (7/7/2021) dinihari itu, Moïse tewas ditembak. Mengutip Daily Mail, Moïse tewas dengan 12 luka tembak di tubuhnya. Sementara, Martine sang ibu negara, turut mengalami luka tembak parah. Ia diterbangkan ke Miami, AS, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
“Perburuan terhadap para tentara bayaran ini terus berlanjut,” ujar Leon Charles, direktur Kepolisian Nasional Haiti, saat mengumumkan penangkapan para tersangka. “Nasib mereka sudah ditentukan: tewas dalam pertempuran, atau ditangkap.”
Baca Juga: Presiden Haiti Tewas Dibunuh dalam Serangan di Rumahnya, Istrinya Turut Terluka Tembak
Charles menambahkan, 6 tersangka telah ditangkap dan 7 lainnya tewas dalam baku tembak dengan polisi. Polisi masih terus memburu tersangka lain. Salah seorang tersangka yang ditahan merupakan warga Haiti-Amerika Serikat (AS) bernama James Solages, mantan bodyguard di Kedutaan Besar Kanada di Haiti. Seorang tersangka lain juga diduga merupakan warga Haiti-AS.
Saksi mata menyebut, 2 tersangka ditemukan tengah bersembunyi di balik semak di Port-au-Prince pada Kamis (8/7/2021). Massa mengeroyok dan memukuli tersangka. Polisi yang datang tak lama kemudian, menangkap dan menahan tersangka.
Baca Juga: Pembunuhan Presiden Haiti Diduga Dilakukan Tentara Bayaran yang Menyamar Agen DEA
Massa yang marah karena presiden mereka tewas terbunuh, turun ke jalan. Mereka menuntut polisi menyerahkan para tersangka agar mereka dapat membakar mereka hidup-hidup sebagai balas dendam atas pembunuhan presiden mereka. Massa juga sempat membakar mobil yang diduga milik para tersangka.
Dalam konferensi pers pada Kamis (8/7/2021), Charles sang kepala polisi meminta warga agar tetap tenang, pulang ke rumah dan membiarkan polisi bekerja. Pihak berwenang, kata Charles, butuh bukti, yang hancur diamuk massa, termasuk mobil-mobil yang dibakar.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Kecam Keras Pembunuhan Presiden Haiti
Pihak berwenang tidak merinci identifikasi para tersangka, termasuk motif para tersangka. Polisi hanya menyebut, serangan yang dikecam pihak oposisi dan komunitas internasional itu dilakukan oleh “kelompok bersenjata lengkap yang sangat terlatih”.
Perdana Menteri Claude Joseph mengambil alih kepemimpinan Haiti dengan dukungan polisi dan militer. Pada Kamis (8/7/2021), ia meminta warga untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Ia juga memerintahkan pembukaan kembali bandara internasional yang sempat ditutup.
Pada Rabu (7/7/2021), menyusul insiden pembunuhan terhadap Moïse, Joseph mengeluarkan dekrit dan menyatakan Haiti berada dalam status pengepungan selama 2 minggu.
Baca Juga: Kecam Pembunuhan Presiden Haiti, Para Pemimpin Dunia Serukan Ketenangan dan Persatuan
Di bawah kepemimpinan Moïse, Haiti berkembang makin tak stabil. Moïse yang telah memerintah dengan dekrit selama lebih dari setahun, menghadapi protes keras dari para kritikus yang menuduhnya berupaya memupuk kekuasaan sementara oposisi memintanya turun.
Menurut konstitusi Haiti, Moïse seharusnya diganti oleh presiden Mahkamah Agung (MA) Haiti. Namun, beberapa hari sebelumnya, sang ketua MA meninggal dunia akibat Covid-19.
Sementara, Joseph, seharusnya digantikan oleh Ariel Henry, seorang ahli bedah saraf, yang ditunjuk sebagai perdana menteri oleh Moïse sehari sebelum pembunuhan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.