NEW JERSEY, KOMPAS.TV – Bryce Dershem (18) baru saja berbicara kurang dari satu menit dalam pidato perpisahannya pada upacara kelulusan SMA-nya di New Jersey, Amerika Serikat (AS) pada Kamis lalu (17/6/2021).
Dia baru saja mengungkap pada audiens tentang dirinya yang menjadi seorang queer di tahun pertamanya di SMA.
Sebagaiman diketahui, Queer adalah orientasi seksual yang mengidentifikasi ketertarikan diri pada banyak gender.
Mendadak, sang kepala sekolah, Robert M Tull, berjalan ke belakang panggung dan mikrofon Dershem tiba-tiba mati.
Tull lalu mengambil paksa mikrofon dari tangan Dershem, juga catatan pidatonya. Lalu ia menunjuk selembar salinan pidato lain di podium yang sudah mendapat persetujuan dari pihak sekolah. Dalam salinan pidato itu, sama sekali tidak disebut soal seksualitas atau kesehatan mental.
Dershem yang terkejut, tampak terpaku dan tak bisa berbuat apa-apa.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: TV Pemerintah Ancam Pendemo Akan Ditindak, Kaum LGBTQ Turun Gunung Berunjuk Rasa
Seseorang lalu membawakan mikrofon pengganti dan menyerahkannya pada Dershem. Tapi pada saat itu, melansir The New York Times pada Minggu (27/6/2021), Dershem mengaku masih terpaku.
Teman-teman sekelasnya di SMA Eastern Regional di Voorhes Township, New Jersey, lalu menyoraki dan memberinya semangat untuk melanjutkan pidatonya.
“Saat saya mendengar sorak-sorai audiens, gairah menjalari pembuluh darah saya, dan ya, saya harus menyelesaikan pidato ini,” kata Dershem.
"Karena stigma inilah yang hendak saya lawan," tegas dia.
Untungnya, Dershem hafal tiap kata dalam pidato yang ditulisnya, lantaran ia berjuang menulis pidatonya selama sebulan.
“Saya berusaha sebaik mungkin untuk berpidato berdasarkan ingatan saya,” kata Dershem.
Dalam pidatonya, Dershem mengungkap segala rintangan yang dilaluinya sebelum akhirnya bisa berdiri memberikan pidato perpisahannya.
Baca Juga: Usai Nyatakan Dukungan LGBTQ, Boikot Produk Unilever Menggema di Media Sosial
“Sejak September di tahun akhir, saya menghabiskan 6 bulan dalam pengobatan karena mengidap anoreksia,” tutur Dershem dalam pidatonya.
“Sudah sejak lama, saya berupaya membengkokkan, menghancurkan dan mengecilkan harapan masyarakat.”
“Saya seorang queer yang sebelumnya hendak bunuh diri dan mengalami anoreksia,” aku Dershem.
Saat tiba di upacara kelulusannya, Dershem mengenakan bendera kebanggaan berwarna pelangi yang menjadi lambang LGBTQ+ pada jubah dan topi toganya.
Seorang pejabat sekolah ingin agar Dershem mencopotnya, tapi Dershem menolak. Selama pidatonya, Dershem curiga sang kepala sekolah berpura-pura bahwa ada masalah teknis hingga mikrofon mati.
Tull sang kepala sekolah telah membaca pidato Dershem sebelum upacara kelulusan dan ingin agar Dershem membacakan versi pidato yang telah disetujui pihak sekolah.
Baca Juga: Menikah di Negara Sendiri, Pasangan Gay Thailand Heran Kenapa Dihujat Warganet Indonesia
Selama berminggu-minggu sebelumnya, sang kepala sekolah dan Dershem sempat berdebat tentang isi pidatonya.
Dershem sempat memberikan Tull tiga rancangan pidato, karena sang kepala sekolah sebelumnya mengkritik bahwa pidato Dershem tak cukup luas dan meliputi seluruh 500 rekan-rekannya.
Tull sang kepala sekolah sendiri belum memberikan respon atas peristiwa itu.
Robert Cloutier, pengawas Distrik Sekolah Regional Wilayah Eastern Camden menyatakan, distrik tersebut tidak meminta siswa untuk menghapus penyebutan “identitas pribadi mereka” dari pidato mereka.
Ayah Dershem kemudian mengunggah potongan pidato putranya di YouTube, dan video itu kemudian viral.
Beberapa hari sebelum upacara kelulusan, kata Dershem, Tull memberinya sebuah ultimatum: Dershem harus merevisi pidatonya, atau ia sama sekali tak diperbolehkan berpidato.
Dershem kemudian mengubah pidatonya, tapi Tull tetap tak menyukainya.
Dershem lalu meminta saran keluarganya dan memutuskan bahwa ia akan tetap membacakan pidato sesuai keinginannya.
Saat pidatonya usai, audiens memberinya tepuk tangan meriah. Seorang perempuan bahkan berterima kasih padanya.
“Dia bilang pada saya bahwa putranya tak selamat dalam pandemi karena berjuang melawan kesehatan mental dan ia mulai menangis,” kata Dershem.
“Saya merasa, dia jadi tak merasa kesepian. Dan saya tahu, saya telah melakukan hal yang benar.”
Baca Juga: Rusia Kembalikan Dua Pria Gay ke Chechnya, Hidup Mereka Diyakini dalam Bahaya
Michael Dershem (56), ayah Dershem, mengaku tak percaya sang kepala sekolah akan mematikan mikrofon saat Dershem berpidato.
Toh, ia kini sangat bangga karena putranya mampu menghadapinya dengan tenang dan melanjutkan pidatonya.
“Entah sudah berapa kali saya menonton rekaman video pidato Dershem,” aku Dershem,
“Saya laki-laki kuat, tapi, saya menangis tiap kali menyaksikannya.”
Guberner New Jersey Phil Murphy menulis di akun Twitternya pada Sabtu (26/6/2021) bahwa ia bangga pada Dershem karena “mengungkap kebenaran pada kekuasaan, dan atas ketahanan dan keberanian” Dershem.
Dershem sendiri kini berencana pindah ke Massachusetts pada musim gugur mendatang. Ia akan menjadi mahasiswa di Tufts University, dan Dershe m berencana mempromosikan hak-hak perempuan dan LGBTQ+.
“Saya bahagia karena orang-orang menyaksikan pidato saya,” katanya. “Saya harap mereka percaya pada diri mereka sendiri dan tak merasa kesepian dalam perjuangan mereka.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.