Pada Minggu (14/3/2021), aparat menembak mati setidaknya 44 orang masyarakat sipil.
Ini adalah hari paling berdarah sejak awal kudeta militer.
Menurut asosiasi tahanan politik (AAPP), korban tewas karena kekerasan aparat ini melampaui 120 jiwa.
Junta Myanmar juga telah menetapkan darurat sipil di Mandalay dan 6 kota di Provinsi Yangon sejak Minggu.
Pemberlakuan darurat militer itu muncul setelah China melaporkan pabrik-pabrik mereka di area tersebut menjadi target demonstran.
Para demonstran percaya China memberikan dukungan kepada militer di Myanmar, tetapi tidak jelas siapa yang berada di balik serangan pada hari Minggu itu.
Selama akhir pekan, tentara dan polisi terlihat dengan tenang menembakkan senjata mereka langsung ke kerumunan demonstran.
Mereka juga menyeret jasad dan para demonstran yang terluka tanpa memikirkan kondisi korban.
Tw // gunshot
— Milk Tea Alliance Myanmar (@MilkTeaMM_MTAM) March 15, 2021
Mandalay strike is continuously shot down by Military Terrorists. There are many Injured people but since there is internet cut off ,local news are hard to be reported today.
BLOODTHIRSTY JUNTA#WhatsHappeningInMyanmar #Mar15Coup #MilkTeaAlliance pic.twitter.com/ERxa90J1NH
Baca Juga: Pemerintah Sipil Myanmar Bersumpah Gulingkan Kepemimpinan Junta Militer dengan Revolusi
Aparat juga terlihat menghina warga sipil dalam berbagai video yang beredar di media sosial, seperti menggertak demonstran dengan senjata.
Jonathan Head, koresponden BBC untuk wilayah Asia Tenggara menyebut aparat Myanmar seperti sedang berperang.
“Militer melancarkan perang melawan penduduknya sendiri,” tulis Head.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.