Menurut WHO, orang biasanya tertular melalui kontak langsung dengan hewan atau lingkungan yang terkontaminasi, dan tidak ada penularan yang berkelanjutan di antara manusia, atau manusia ke manusia.
H5N1 pada manusia dapat menyebabkan penyakit parah dan memiliki angka kematian 60 persen.
Flu burung telah merebak di beberapa negara Eropa termasuk Prancis, di mana ratusan ribu unggas telah dimusnahkan untuk menghentikan penularan.
Baca Juga: Hong Kong Tangguhkan Impor Unggas dari Beberapa Negara Eropa Terdampak Flu Burung H5N8
Pusat Virologi dan Bioteknologi Negara Vektor Rusia, yang mendeteksi penularan ke pekerja peternakan unggas itu, juga mengembangkan salah satu dari beberapa vaksin virus Covid-19 negara itu.
Mereka masih menyimpan virus mulai dari Ebola hingga cacar.
Dalam sambutan yang disiarkan televisi, kepala Vektor Rinat Maksyutov mengatakan laboratorium tersebut siap untuk mulai mengembangkan alat tes yang akan membantu mendeteksi potensi kasus H5N8 pada manusia dan mulai mengerjakan vaksin.
Baca Juga: Peternak Unggas Asia Hadapi Wabah Flu Burung, Indonesia Larang Impor Unggas Hidup
Uni Soviet pada masanya adalah kekuatan ilmiah dunia dan Rusia selama ini berusaha untuk merebut kembali peran kepemimpinan dalam penelitian vaksin di bawah Presiden Vladimir Putin.
Rusia mendaftarkan vaksin virus corona Sputnik V pada Agustus tahun lalu, beberapa bulan sebelum pesaing Barat dan bahkan sebelum uji klinis skala besar.
Setelah skeptisisme awal di dunia Barat, jurnal Lancet bulan ini menerbitkan hasil yang menunjukkan vaksin Rusia, Sputnik V, aman dan efektif.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.