Kapan Perubahan Ini Terjadi?
Satu dekade ke belakang lebih sedkit, negara itu memulai transisi semi-demokratis. Apa itu?
Saat itu, militer tetap mempertahankan kekuatan politik, namun kelompok oposisi dibebaskan dari penjara dan tahanan rumah, lalu pemilihan umum dibolehkan.
Sejak itu, Aung San Suu Kyi menang pemilu dan menjadi pemimpin sipil negara tersebut.
Bertahun kemudian, banyak negara dan media massa mulai menggunakan nama resmi: Myanmar. Semenjak represi mulai berkurang dan bidikan internasional atas kubu militer makin lemah, "Myanmar" menjadi makin sering digunakan.
Di dalam negeri, kalangan pemimpin oposisi sudah dengan gamblang mengatakan, semua itu sudah tidak ada pengaruh apa-apa lagi.
Nah, tidak seperti negara lain di dunia, Amerika Serikat masih secara resmi menyebut negara itu dengan "Burma". Namun Gedung Putih sempat sedikit melunak.
Tahun 2012 saat datang ke negara itu, Presiden Barack Obama menggunakan dua nama yang ada, yaitu "Burma" dan "Myanmar".
Seorang penasihat presiden Myanmar mengatakan, hal itu "sangat positif" karena berarti "pengakuan atas pemerintah Myanmar"
Baca Juga: AS Minta Militer Myanmar Hormati Hukum dan Suara Rakyat
Nah Sekarang Bagaimana?
Respon Amerika Serikat terhadap kudeta itu tampaknya didesain untuk menyoroti kembali masa lalu, dimana menteri luar neger Anthony Blinken dan Presiden Joe Biden secara sengaja tidak menyebutnya dengan nama resmi negara tersebut.
"Amerika Serikat membatalkan sanksi atas Burma satu dekade lalu berdasarkan kemajuan yang diraih menuju demokrasi," kata Biden,"Berbaliknya kemajuan tersebut menghadirkan kebutuhan untuk mengkaji kembali aturan sanksi kami,"
Terlepas dari itu, kebanyakan negara tetap memanggil Myanmar sebagai Myanmar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.