Pada pasien Covid-19, sel sperma menunjukkan kenaikan signifikan dari penanda terjadinya inflamasi dan ketegangan oksidatif, yaitu sebuah ketidakseimbangan kimiawi yang bisa merusak DNA dan protein dalam tubuh.
"Dampak-dampak tersebut terhadap sel sperma adalah terkait dengan kualitas sperma yang lebih renda dan potensi menurunnya tingkat kesuburan," tutur Maleki dalam sebuah pernyataan.
"Walau dampak-dampak tersebut cenderung akan membaik seiring berjalannya waktu, tetaplah secara signifikan dan secara abnormal lebih tinggi pada pasien-pasien Covid-19"
Baca Juga: Tim Ahli WHO Bertolak ke Wuhan Untuk Lakukan Penelitian Tentang Asal Usul Virus Corona
Makin parah Covid-19 yang dialami, makin besar juga perubahannya, tambah Maleki.
Sistem reproduksi pria "harus dianggap sebagai jalur yang rentan terhadap infeksi Covid-19 dan dinyatakan sebagai organ berisiko tinggi oleh Organisasi Kesehatan Dunia," tambah Maleki
Para pakar yang tidak terlibat menyambut baik penelitian ilmiah itu, namun mengingatkan masih banyak yang dibutuhkan sebelum membuat kesimpulan sekeras dan secepat itu.
"Kaum pria tidak perlu terperanjat dan menjadi waspada," catat Alison Campbell, direktur embriologi dari Kelompok Kesuburan CARE di Inggris.
Baca Juga: Anjing Ternyata Dapat Mendeteksi Virus Corona, Penelitiannya Dilakukan di Republik Ceko
"Saat ini belum ada bukti definitif atas kerusakan jangka panjang pada sperma maupun harapan beranak-pinak kaum pria yang disebabkan oleh Covid-19," tutur Campbell kepada Science Media Center yang berbasis di London.
Hasilnya bisa saja tidak tepat, tambah Campbell, mengingat fakta bahwa laki-laki yang sembuh dari Covid-19 mendapat pengobatan dengan kortikosteroid dan terapi antivirus, sementara kelompok yang diperiksa lainnya, kelompok kontrol, tidak.
Allan Pacey, seorang spesialis dalam pengobatan reproduksi pria di Universitas Sheffield, mengajukan "catatan kehati-hatian" tentang bagaimana data ditafsirkan.
Baca Juga: Penelitian di Inggris Ungkap Dampak Kesehatan Serius Yang Harus Dijalani Penyintas Covid-19
Beberapa indikator penurunan kualitas sperma bisa jadi karena faktor selain Covid-19, katanya, sambil memberi catatan bahwa lebih banyak pria dalam kelompok Covid-19 yang kelebihan berat badan.
Fakta sederhana bahwa hanya satu kelompok yang sakit parah, apa pun penyebabnya, juga perlu diperhitungkan, tambah Pacey.
"Kami sudah tahu bahwa penyakit demam dapat berdampak pada produksi sperma, apa pun penyebabnya."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.