Pasca pengungkapan dokumen tersebut, pemerintahan Nixon berupaya mendiskreditkan Ellsberg. Sejumlah ajudan presiden Richard Nixon merekayasa pembobolan di kantor psikiater Ellsberg di Beverly Hills untuk mencari informasi yang dapat mendiskreditkan Ellsberg.
Baca Juga: Dua Anggota Geng Penyelundupan Manusia Divonis Bersalah Atas Pembunuhan 39 Imigran Vietnam
Saat Sheehan dan Ellsberg berpapasan di Manhattan pada 1971, Ellsberg menuduh Sheehan telah mencuri dokumen-dokumen tersebut, seperti yang memang dilakukan Sheehan.
“Tidak, Dan, saya tidak mencurinya,” ucap Sheehan mengenang pertemuannya dengan Ellsberg, dalam wawancara yang dipublikasikan Kamis lalu. “Begitu pula dengan kamu. Dokumen-dokumen tersebut adalah milik rakyat Amerika Serikat. Mereka membayar dokumen-dokumen tersebut dengan harta nasional dan darah putra mereka, dan mereka berhak atas dokumen-dokumen itu.”
Lantaran telah membocorkan Dokumen Pentagon, Ellsberg didakwa dengan pencurian, konspirasi dan pelanggaran Undang-undang Spionase, namun kasusnya berakhir dengan pembatalan saat bukti tentang penyadapan dan pembobolan atas perintah pemerintah, mencuat ke permukaan.
Setelah publikasi artikel tentang Dokumen Pentagon, Sheehan menjadi sangat tertarik untuk menangkap esensi Perang Vietnam yang kompleks dan kontradiktif, hingga ia pun mulai menulis buku.
“Keinginan saya, buku ini bisa membantu pembaca untuk memahami perang ini,” ujar Sheehan dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di C-SPAN pda 1988 silam. “Vietnam akan menjadi perang yang sia-sia hanya jika kita tidak mengambil pelajaran dari situ.”
Buku "A Bright Shining Lie" Untuk Membantu Memahami Esensi Perang Vietnam
Dalam bukunya, Sheehan menceritakan tentang sosok John Paul Vann, seorang letnan kolonel kharismatik di Angkatan Darat AS yang bertugas sebagai penasehat senior bagi tentara AS di Vietnam Selatan pada awal 1960an, yang pensiun dari AD lantaran frustasi, tapi lalu kembali ke Vietnam dan bergabung dalam konflik perang tersebut sebagai warga sipil yang membantu operasi secara langsung.
Vann meyakini, AS dapat memenangkan perang seandainya mengambil keputusan-keputusan yang lebih baik. Bagi Sheehan, Vann mewakili kebanggaan AS dengan sikap percaya diri dan keberanian untuk memenangkan perang – sejumlah kualitas yang mengaburkan penilaian bagi beberapa orang tentang apakah perang dapat dimenangkan.
Baca Juga: Curi 2 Ton Ikan di Natuna, Modus Kapal Vietnam Gunakan Bendera Indonesia
Mantan Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang seorang veteran Perang Vietnam, mengatakan pada audiens pada pemutaran sebuah film dokumenter tentang Perang Vietnam pada tahun 2017 bahwa ia tidak sepenuhnya memahami kemarahan terhadap perang sampai ia membaca “A Bright Shining Lie”. Buku Sheehan menunjukkan pada Kerry bahwa di puncak rantai komando, orang-orang memasukkan informasi menyesatkan, dan orang-orang tewas terbunuh berdasarkan kebohongan dan distorsi tersebut.
Neil Sheehan lahir pada 27 Oktober 1936 di Holyoke, Massachusetts, dan tumbuh besar di sebuah peternakan. Ia lulus dari Universitas Harvard dan bekerja sebagai jurnalis tentang sebelum bergabung dengan UPI.
Setelah Sheehan meninggalkan Vietnam, ia bekerja di Times di Washington sebagai reporter di Pentagon, lalu di Gedung Putih, sebelum mengundurkan diri untuk menulis bukunya.
Saat melakukan penelitian awal untuk bukunya, Sheehan sempat mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan patah tulang di beberapa bagian tubuhnya dan membuatnya tak bisa beraktivitas selama beberapa bulan. Namun, rekan-rekan Sheehan sesama penulis terus mendorongnya untuk melanjutkan proyek bukunya.
Sheehan dan Susan istrinya, seorang penulis di The New Yorker yang kemudian juga memenangkan Penghargaan Pulitzer, terkadang kesulitan untuk membayar tagihan-tagihan saat Sheehan berkutat menulis bukunya. Untuk menyiasati kesulitan keuangannya, Sheehan mengombinasikan penghasilannya dari sejumlah beasiswa yang diperolehnya dan sejumlah uang muka dari penerbit untuk bertahan hidup.
Sheehan juga menulis beberapa buku lain tentang Vietnam, namun tak ada yang seambisius “A Bright Shining Lie”. Ia juga menulis “A Fiery Peace in a Cold War” (=Perdamaian yang Berkobar di Perang Dingin) tentang sejumlah pria yang mengembangkan sistem rudal balistik antar benua.
Neil dan Susan Sheehan memiliki dua orang putri, Catherine Bruno dan Maria Gregory Sheehan, dan dua orang cucu, Nicholas Sheehan Bruno (13) dan Andrew Phillip Bruno (11).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.