Puncak Everest pertama kali diukur oleh tim Inggirs pada tahun 1856 dan menghasilkan ketinggian 8.842 meter (29,002 kaki).
Ketinggian resmi sebelumnya adalah 8,848 meter (29,028 kaki) yang diukur oleh Tim Survei India pada tahun 1954.
Tahun 1999, Tim National Geographic menggunakan teknologi GPS menyatakan ketinggian Puncak Everest adalah 8,850 meter (29,035 kaki). Tim China sementara itu tahun 2005 menghasilkan ukuran ketinggian 8,844.43 meter (29,009 kaki) karena tidak memasukkan cungkup salju ke dalam perhitungan.
Tim pendaki pemerintah Nepal bersama tim survei mendaki Puncak Everest pada Mei 2019 dan menempatkan GPS berikut peralatan satelit untuk mengukur ketinggian puncak dan kedalaman salju di Everest.
Presiden China Xi Jianping berkunjung ke Nepal tahun 2019 dan pemimpin kedua negara bersepakat bahwa kedua negara perlu menyepakati ketinggian yang sama atas Puncak Everest.
Tim Survei China melakukan pengukuran ketinggian pada musim semi 2020 sementara seluruh misi pendakian dibatalkan akibat pandemi Covid-19.
Kalangan pendaki Nepal menyambut gembira berakhirnya kebingungan akan ketinggian puncak tersebut.
“Ini adalah tonggak sejarah pendakian yang akhirnya bisa menyudahi debat tentang ketinggian (Puncak Everest) dan sekarang dunia memiliki angka yang sama,” tutur Santa Bir Lama, Presiden Asosiasi Pendakian Nepal.
Kantor Berita China Xinhua mengutip Presiden China Xi Jianping yang mengatakan, kedua negara memiliki komitmen bersama untuk melindungi lingkungan sekitar Puncak Everest dan akan bekerja sama dalam penelitian ilmiah.
Bagi China, pengumuman ini terlihat tidak hanya sebagai urusan geografi namun juga bernada politis. China telah menarik Nepal makin dekat ke orbit China dengan investasi ke dalam ekonomi Nepal melalui pembangunan jalan raya, bendungan, bandar udara, dan infrastruktur lain di negara miskin tersebut.
Hal ini juga tampaknya memberi manfaat bagi China dalam upaya mengurangi pengaruh dari rivalnya, India, dimana kedua negara saat ini sedang bertikai masalah perbatasan. Selain itu, Nepal adalah tempat pengungsian warga Tibet.
Seperti dikutip Associated Press, laporan Xinhua sangat menonjolkan aspek geopolitik dan tidak melaporkan sama sekali aspek teknis pengumuman tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.