TOKYO, KOMPAS.TV - Jepang berencana membuang air beradiasi karena kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima ke laut.
Reaktor nuklir Fukushima mengalami kebocoran setelah dihantam oleh Tsunami pada 2011 lalu.
Air yang terkontaminasi radiasi itu awalnya digunakan sebagai pendingin dari reaktor nuklir.
Baca Juga: Perdana Menteri Thailand Tolak Mundur Meski Ditekan Lewat Unjuk Rasa
Pembuangan air yang terkontaminasi tersebut memang menjadi perdebatan pada beberapa tahun terakhir.
Pihak pecinta lingkungan hidup dan nelayan menolak dengan keras ide membuang cairan beradiasi itu ke laut.
Tetapi, banyak ilmuan mengatakan risiko yang didapat dari pembuangan cairan tersebut sangat kecil.
Baca Juga: Capres AS Saling Lempar Serangan Jelang Townhall
Seperti dilaporkan Nikkei dan Yomiuri Shinbun, pembuangan air yang diyakini sebanyak jutaan ton itu akan dimulai pada 2022.
Air tersebut akan diencerkan lebih dulu di dalam tanaman sehingga konsentrasi radiasinya 40 kali lebih sedikit, sebelum akhirnya dilepaskan.
Keseluruhan proses pembuangan tersebut diyakini akan memakan waktu hingga 30 tahun.
Sementara itu, Kyodo News mengungkapkan keputusan resmi akan dikeluarkan pada akhir bulan ini.
Baca Juga: Eropa Dilanda Rekor Covid-19, Aturan Baru Diberlakukan
Pihak pemerintah Jepang sendiri hingga saat ini belum mengungkapkan keputusan yang akan mereka ambil.
Meski begitu, menurut Menteri Perindustrian Jepang, Hiroshi Kajiyama, pihak pemerintah akan segera membuat keputusan.
“Untuk mencegah keterlambatan dalam proses penonaktifan, kami perlu mengambil keputusan dengan cepat,” ujarnya dilansir dari BBC.
Baca Juga: Di Layar Terpisah, Trump dan Biden Berbeda Pendapat Tentang Virus Corona
Bagi grup pecinta lingkungan dan nelayan, pembuangan air beradiasi itu ke laut akan memberikan lebih banyak hal negatif.
Para nelayan takut para pembeli menolak membeli ikan yang berasal dari wilayah laut tersebut.
Tetapi beberapa ilmuwan mengatakan air akan cepat menyatu dengan Samudra Pasifik yang luas, serta tritium memiliki risiko rendah bagi kesehatan manusia dan hewan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.