KOMPAS.TV – Kasus stunting masih menjadi perhatian utama masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan Survei Gizi Indonesia 2022, sebanyak 21,6 persen balita Indonesia mengalami stunting.
Banyak faktor yang menyebabkan kenaikan angka stunting di Indonesia, seperti status kesehatan ibu, kondisi kelahiran, asupan gizi melalui ASI dan makanan pendamping ASI, ekonomi keluarga, akses ke pelayanan kesehatan, sanitasi, akses air bersih, serta level pendidikan ibu.
Sampai saat ini, pemerintah Indonesia terus berupaya aktif untuk menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada 2024.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah melalui peningkatan asupan gizi pada remaja perempuan dan ibu hamil. Di sisi lain, penting juga memberikan asupan gizi yang cukup pada anak.
Konsumsi protein hewani yang mencukupi bagi ibu hamil dapat mencegah hambatan pertumbuhan pada janin yang dikandungnya, menurunkan angka kesakitan ibu dan perinatal, mencegah hambatan pertumbuhan janin, dan mencegah eklampsia berat.
Sementara, protein hewani penting untuk tumbuh kembang anak karena kaya akan asam amino, mineral, dan vitamin yang lengkap.
Baca Juga: Cegah Stunting Sejak Calon Pengantin Itu Penting
Intervensi lain dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memfokuskan upaya pencegahan stunting dapat dimulai dengan menerapkan tips ABCDE sebagai berikut:
Wanita dengan kondisi kekurangan darah merah atau anemia perlu lebih waspada saat hamil. Pasalnya, anemia pada bumil dapat berakibat serius, salah satunya pendarahan hebat. Bahkan, anemia dapat meningkatkan keguguran hingga risiko kematian saat persalinan.
Untuk mengatasinya, ibu hamil perlu secara aktif mengonsumsi setidaknya 1 tablet tambah dari (TTD) setiap hari. Kesadaran terhadap kondisi jangka panjang menjadi ibu hamil dengan anemia juga perlu ditingkatkan di kalangan remaja putri. Kondisi ini juga bisa berdampak pada bayi, yaitu lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan stunting.
Penting bagi para ibu hamil untuk menjalani pemeriksaan saat masa kehamilan secara rutin. Jumlah pemeriksaan minimal yang disarankan yaitu enam kali selama masa kehamilan.
Untuk memastikan kondisi kehamilan tetap sehat, bumil wajib setidaknya dua kali bertemu dokter dan melakukan USG.
Pemeriksaan ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai kondisi janin dan mendeteksi adanya gangguan medis tertentu pada bayi, misalnya kondisi bibir sumbing. Dengan begitu, penanganan yang diperlukan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat.
Selain air susu ibu (ASI), bayi berusia di atas 6 bulan sudah mulai mengonsumsi MPASI atau Makanan Pendamping ASI. Untuk memenuhi gizi dalam masa tersebut, bayi disarankan mengonsumsi protein tiap hari, terutama protein hewani.
Jenis proteinnya dapat bervariasi, mulai dari daging sapi, unggas, ikan, hingga sumber protein lainnya yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak. Jangan lupa memastikan bahwa si kecil tidak memiliki alergi terhadap sumber protein tertentu.
Baca Juga: Mencegah Stunting, Menyelamatkan Generasi Masa Depan Bangsa
Fasilitas kesehatan dasar yang biasanya tersedia di lingkungan sekitar adalah pos pelayanan terpadu (posyandu). Usahakan untuk datang ke posyandu tiap bulan guna mencegah stunting.
Lakukan pemantauan pertumbuhan perkembangan, dan imunisasi balita, termasuk pengukuran berat badan dan tinggi badan si kecil setiap bulan.
Dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK), ASI menjadi sumber nutrisi yang berperan penting untuk bayi. Para ibu disarankan untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan hingga usia anak mencapai dua tahun.
Menerapkan Langkah ABCDE di atas merupakan bentuk dukungan masyarakat membantu menurunkan prevalensi stunting di tahun 2024 dan melahirkan generasi sehat bebas stunting. Dengan begitu, generasi penerus Indonesia dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, dan berdaya saing di masa mendatang.
Sumber :
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.