YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Jumlah wanita yang melahirkan melalui operasi caesar terus meningkat selama 20 tahun terakhir. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), satu dari tiga bayi di AS lahir melalui operasi caesar.
Operasi caesar kadang-kadang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa. Tapi, banyak wanita memilih untuk melakukannya meski secara medis tidak diperlukan, kata Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
"Sementara operasi caesar dapat mencegah cedera dan bahkan kematian pada wanita dengan kehamilan berisiko tinggi dan bayi mereka, mereka juga terkait dengan peningkatan risiko komplikasi seperti pembekuan darah dan infeksi," kata Ob/Gyn, Rebecca Starck, MD, seperti dilansir Cleveland Clinic.
Baca Juga: Dinda Hauw Melahirkan secara Caesar, Berikut 5 Tips Biar Pasca-Caesar Cepat Normal
“Jangan menempatkan diri Anda atau bayi Anda dalam posisi yang tidak perlu dan berbahaya dengan memilih operasi Caesar saat Anda tidak membutuhkannya.”
Risiko operasi caesar untuk ibu dan bayi
Melewati persalinan dan melahirkan normal bisa menjadi proses panjang yang bisa melelahkan secara fisik bagi ibu.
“Tetapi operasi caesar memiliki risiko bagi ibu, termasuk risiko anestesi, kehilangan darah, infeksi, masa pemulihan yang lebih lama, dan potensi risiko depresi pascapersalinan yang lebih tinggi,” kata Dr Starck.
Ada juga potensi risiko untuk bayi yang lahir melalui operasi caesar.
“Bayi menjalani proses selama persalinan pervaginam mempersiapkan paru-paru mereka, yang diisi dengan cairan di dalam rahim, untuk menghirup oksigen setelah lahir,” kata Dr Starck.
Bayi yang lahir melalui operasi caesar dapat mengalami masalah pernapasan dengan cairan ekstra di paru-parunya saat lahir karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk menjalani proses ini.
Sumber : Cleveland Clinic
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.