BANDUNG, KOMPAS.TV - Setelah kisruh dugaan penghalangan kampanye, perseteruan calon bupati Indramayu nomor urut 2, Lucky Hakim, dengan cabup nomor urut 3, Nina Agustina, berlanjut dalam debat pilkada.
Mantan bupati dan wabup Indramayu ini saling ”serang” soal rekam jejak.
Debat dengan tema ”Inovasi Pembangunan Daerah untuk Mewujudkan Kesejahteraan Bersama” itu berlangsung di salah satu hotel di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (4/11) malam.
Ketiga pasangan calon bupati dan wabup Indramayu hadir bersama para pendukungnya.
Mereka adalah paslon nomor 1 Bambang Hermanto-Kasan Basari, paslon nomor 2 Lucky Hakim-Syaefudin, dan paslon nomor 3 Nina Agustina-Tobroni.
Baca Juga: Tok! Hakim Vonis Yudha Arfandi 20 Tahun Penjara di Kasus Kematian Dante
Sejak debat dibuka, Lucky langsung menyinggung belum optimalnya sejumlah program Nina saat jadi bupati sejak 2021.
”Ibu Nina yang saya hormati, saya tentu tidak berani menjelekkan ibu sebagai bupati. Namun, pada kenyataannya, selama saya turun ke masyarakat, saya melihat masih banyak sekali keluhan,” ujar Lucky yang mengklaim telah mengunjungi lebih dari 1.700 titik di Indramayu seperi mengutip Kompas.id.
Keluhan itu antara lain sawah yang kekeringan, gagal panen, susahnya mendapatkan pupuk subsidi, dangkalnya muara, sulitnya melaut, hingga sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Lambatnya perbaikan jalan rusak dan masih banyaknya anak putus sekolah juga jadi persoalan.
”Sekarang, Indramayu menjadi salah satu kabupaten termiskin di Jawa Barat,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jabar pada Juli 2024, Indramayu yang berpenduduk 1,9 juta jiwa menjadi daerah termiskin di antara 27 daerah di Jabar dengan angka 11,93 persen.
Menurut Lucky, persoalan ini harus diatasi segera oleh pemerintah daerah.
”Tidak mungkin itu dikerjakan oleh bupati yang solo karier. Bupati dan wabup harus berbagi tugas. Tidak boleh sedikit-sedikit pecat, mutasi,” ujar Lucky yang mengundurkan diri sebagai wabup awal 2023.
Mantan artis ini juga menyinggung tidak mendapatkan peran sebagai wabup selama mendampingi Nina setahun.
Seingatnya, ia hanya mendapatkan tiga tugas dari bupati. Pertama, bertemu bupati Bandung, lalu rapat dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Terakhir, menjadi pembina upacara 17 Agustus 2021.
”Saya merasa banyak uang rakyat yang dihabiskan untuk memberikan fasilitas kepada saya, mobil mewah, rumah mewah, uang makan dan minum besar. Saya merasa, untuk menghemat uang rakyat ini, saya mundur,” ujarnya.
Politisi Partai Nasdem ini juga mengkritik program Nina, yakni Dokmaru atau Dokter Masuk Rumah yang belum merata dan optimal. Lucky bahkan menunjukkan foto seorang ibu dan dua anaknya yang stunting atau tengkes. ”Kebetulan ini tetangga ibu di Desa Krimun,” ujarnya.
Lucky mengungkapkan, tidak ada persoalan pribadi dengan Nina. Kompetisi dalam politik pun wajar. Namun, ia minta maaf jika ada salah kata kepada setiap paslon.
”Mbak Nina, saya minta maaf. Demi Allah, saya minta maaf. Kalau misalnya saya salah, saya minta maaf,” ujarnya.
Pihaknya pun sudah menyiapkan 65 program untuk diadu dengan kandidat lainnya. Program itu seperti intensif guru mengaji, peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan, satu desa satu mahasiswa, pembukaan lapangan kerja, hingga bantuan modal untuk usaha.
Nina mengakui, sebagai manusia, masih ada kekurangan saat menjabat bupati. Ia pun meminta maaf dan berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan di Indramayu. Menurut dia, singkatnya masa jabatan, yakni 3,5 tahun, dan munculnya pandemi Covid-19 jadi kendala pemda.
Meski dinilai singkat, pihaknya mengklaim telah bekerja optimal untuk masyarakat Indramayu. Hal itu dibuktikan dengan prestasi yang ditorehkan.
”Ada 14 prestasi dan 21 penghargaan yang kami terima, termasuk 99,9 persen warga Indramayu ter-cover BPJS Kesehatan,” ungkapnya.
Politisi PDI-P ini pun siap melanjutkan berbagai programnya, seperti Dokmaru yang telah menjangkau 4.000 rumah, program Indramayu cepat tanggap, pelacakan aset daerah, hingga pemberdayaan keluarga buruh migran dan purnaburuh migran.
Baca Juga: Kejagung Ungkap Ayah Ronald Tannur Tahu Istrinya Suap 3 Hakim PN Surabaya
Anak sulung mantan Kepala Polri Jenderal (Pol) Purnawirawan Da’i Bachtiar ini juga berharap agar semua kandidat beradu gagasan, bukan menyerang secara personal. ”Sepertinya dari tadi sentimen pribadi, kita (bertemu) di belakang aja nanti,” ujar Nina kepada Lucky Hakim.
Nina pun menyinggung seorang pejabat yang tidak menyelesaikan tugasnya. ”Menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang amanah, menuntaskan pengabdian sesuai masa jabatan dan sumpah jabatan. Debat adalah kegiatan untuk saling adu gagasan, ide, disertai fakta,” ungkapnya.
Sebelum debat, Nina dan Lucky sudah berseteru. Pada Jumat (1/11/2024), di Kecamatan Sukra, misalnya, Nina merasa dihadang oleh pendukung Lucky saat ingin berkampanye. Pihaknya pun sudah melaporkan ke Bawaslu setempat.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.