JAKARTA, KOMPAS.TV - Djoko Pekik yang dikenal sebagai pelukis maestro pencipta lukisan fenomenal "Berburu Celeng" tutup usia hari ini, Sabtu (12/8/2023).
Djoko Pekik mengembuskan napas terakhirnya di usia 86 tahun di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta sekitar pukul 08.00 WIB.
"Telah meninggal dunia dengan tenang Bapak DJOKO PEKIK (usia 85 tahun) pada hari Sabtu Kliwon, 12 Agustus 2023 pukul 08.19 di RS Panti Rapih Yogyakarta," tulis produser film Garin Nugroho Riyanto, Sabtu.
Rencananya, jenazah Djoko Pekik akan dimakamkan di makam seniman Giri Sapto yang terletak di Imogiri, Kabupaten Bantul, Minggu (13/8/2023).
Melansir laman archive.ivaa-online.org, Djoko Pekik lahir pada 2 januari 1937 di Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah.
Baca Juga: Kabar Duka, Pelukis Djoko Pekik Meninggal Dunia di Usia 85 Tahun
Ia menempuh pendidikan formal di bidang seni pada tahun 1957-1962 di Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogjakarta.
Kemampuan awal Djoko melukis lebih banyak didapatkan dari Sanggar Bumi Tarung. Melalui sanggar tersebut, lukisan miliknya termasuk dalam lima besar lukisan terbaik di pameran tingkat nasional yang diadakan oleh LEKRA pada tahun 1964.
Pada tahun 1965-1972, Djoko sempat menjadi tahanan politik karena hubungannya dengan LEKRA, yang diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia.
Sebelum tahun 1965, Djoko pernah beberapa kali menggelar pameran karyanya di Jakarta. Setelah menjadi tahanan politik, Djoko kemudian vakum sampai tahun 1990.
Pada tahun 1990, Djoko mulai memamerkan lagi karyanya di Edwin Galeri Jakarta. Pada tahun 1999, nama Djoko Pekik menjadi lebih dikenal setelah salah satu karyanya "Berburu Celeng" terjual seharga satu miliar rupiah.
Baca Juga: Pameran Lukisan dan Peluncuran Buku Djoko Pekik
Karya Djoko Pekik masih sering menjadi obyek dalam berbagai pameran, antara lain pada pameran tunggalnya “Jaman Edan Kesurupan” di Galeri Nasional (2013), dan pada “ARTJOG 9” di Jogja National Museum (2016).
Dalam pameran tunggalnya “Jaman Edan Kesurupan” (Jakarta, 2013), Djoko menampilkan 28 lukisan dan tiga patung yang dibuatnya pada periode 1964-2013.
Karya Djoko yang dipamerkan mengilustrasikan proses perjalanan hidup Djoko sebagai seorang individu, seniman, dan warga negara.
Djoko Pekik memiliki kepekaan sosial yang tinggi dibandingkan orang kebanyakan. Kepekaan tersebut ia gambarkan lewat karya-karya lukisannya yang fenomenal.
Lukisan "Berburu Celeng" yang menggambarkan keadaan para pemimpin Indonesia pada masa Orde Baru disebut memiliki harga termahal di tahun 1998 dengan nilai Rp1 miliar.
Ia pun sempat menceritakan filosofi keserakahan di balik lukisan "Berburu Celeng" pada 21, April 2020 lalu.
Baca Juga: Hadiah Ulang Tahun dari Butet untuk Ganjar, Lukisan Soekarno Berlatar Warna Merah
"Celeng itu adalah lambang keserakahan, apa-apa doyan, membabi buta, perusak, kalau jalan enggak bisa lurus , jadi sesuka hatinya sendiri, mentang-mentang raja. Matinya celeng itu hanya digebuki dan diburu orang," ujar Djoko Pekik, dikutip dari Kompas.com.
Ia mengatakan, seorang raja atau penguasa yang bersikap zalim maka akhir hidupnya juga akan terhina seperti celeng.
Djoko menjelaskan, ia melukis "Berburu Celeng" dua bulan sebelum pemerintahan Presiden Soeharto lengser.
Di lukisan tersebut, Djoko menggambarkan rakyat yang begitu gembira setelah berhasil berburu celeng. Rakyat merayakannya dengan berbagai kesenian tradisional, seperti pantomim, jathilan, reog, dan lain-lain.
"Tapi ingat celeng itu kuat sekali. Akhirnya meskipun sudah diburu akhirnya dari celeng satu jadi celeng semua," ujar Djoko.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.