JAKARTA, KOMPAS.TV - Sastrawan sekaligus aktor Japi Panda Abdiel Tambajong atau yang dikenal dengan nama pena Remy Sylado meninggal dunia, Senin (12/12/2022).
Kepergian maestro sastra ini dikabarkan oleh anggota DPR, Fadli Zon melalui akun Twitternya.
"Selamat jalan Bang Remy Sylado. Baru beberapa hari lalu ngobrol tentang Elvis Presley dan manajernya Kolonel Tom Parker. RIP," tulis Fadli Zon dikutip dari akun @fadlizon, Senin.
Dua hari sebelumnya, Fadli sempat terlihat menjenguk Remy yang tengah terbaring di tempat tidur.
Melansir Kompas.com, Remy sempat masuk rumah sakit dan dirawat di RSUD Tarakan Jakarta Pusat pada Januari 2022 lalu akibat penyakit hernia.
Remy sempat hanya dirawat di rumah karena tak bisa menanggung biaya rumah sakit.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun saat itu memastikan akan menanggung biaya rumah sakit sang seniman.
Baca Juga: Sastrawan Remy Sylado Meninggal Dunia di Usia 77 Tahun
Pemilik nama asli Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong ini lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 12 Juli 1945.
Melansir TribunWiki, saat masih menempuh sekolah dasar (SD) Remy sudah menunjukkan minatnya pada dunia seni dengan menulis kaligrafi Arab.
Sebelum itu, ia bahkan sudah bermain teater ketika berumur empat tahun sebagai seekor domba di kandang natal.
Setelah itu, Remy pindah ke Semarang hingga lulus SMA pada 1959. Di sana, ia sempat bermain teater berjudul "Midsummer Night's Dream" karya Shakespeare.
Nama Remy Sylado mulai disandang sejak ia membentuk grup musik bernama Remy Sylado Company semasa SMA di Semarang. Hal itu pun yang menginisiasi penggunaan nama Remy Sylado.
Selain itu, jika dilihat lebih cermat, nama itu pun didapat dari chord pertama lirik lagu “All My Loving” milik The Beatles. Lambang 2-3-7-6-1 adalah notasi re-mi-si-la-do.
Setelah lulus SMA, Remy Sylado belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Solo dan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Solo.
Ia kemudian pergi ke ibu kota dan menyelesaika pendidikannya di Akademi Bahasa Asing di Jakarta.
Remy mengawali kariernya sebagai seorang penulis dengan menjadi wartawan di surat kabar Sinar Harapan pada 1963.
Di samping itu, Remy Sylado juga aktif mengasah kemampuannya dengan menulis kritik, puisi, cerpen dan novel.
Selang dua tahun, Remy Sylado menjadi redaktur Harian Tempo Semarang hingga tahun 1966.
Setelah itu, Remy Sylado menjadi redaktur Majalah Aktuil di Bandung pada tahun 1970.
Remy Sylado dikenal sebagai tokoh penggagas puisi mbeling pada masa Orde Baru sekitar tahun 1972. Mbeling berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘nakal, susah diatur, memberontak’.
Saat itu, puisi mbeling sebenarnya merupakan nama sebuah kolom yang diasuhnya di majalah Aktuil.
Tujuan dihadirkannya kolom tersebut adalah untuk menampung kreativitas anak muda.
Menurut kritikus sastra Harry Aveling, puisi mbeling memuat lebih dari sekadar humor getir. Di baliknya tersimpan dengan halus kepahitan pada ketidakadilan yang garang di masyarakat Indonesia saat itu.
Bukan tanpa alasan Remy Sylado disebut sebagai seniman multitalenta. Ia dikenal sebagai penulis buku drama, sutradara, aktor teater, pemain film, sinetron, penyair, novelis, hingga pelukis.
Bahkan, saat usianya yang tak tergolong muda lagi, semangat dan produktivitas Remy masih membara untuk berkarya.
Kemampuan Remy dalam berbahasa pun patut diacungi jempol. Bahasa yang ia kuasai, antara lain, ialah bahasa Mandarin, Jepang, Arab, Yunani, Inggris, dan Belanda.
Baca Juga: Doa untuk Remy Sylado Akan Dihadiri Anies, Ganjar dan Presiden Penyair
Remy Sylado pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta, seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, Sekolah Tinggi Teologi.
Berikut ini merupakan karya-karya Remy Sylado serta penghargaan yang pernah ia peroleh.
Prosa (Novel)
Drama
Film
Nonfiksi
Penghargaan
Sumber : Kompas TV, Kompas.com, Tribun Wiki
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.