JAKARTA, KOMPAS.TV - Popularitas ajang fashion show yang dijuluki Citayam Fashion Week mengundang banyak komentar, termasuk disebut mirip dengan Harajuku, Jepang.
Media fesyen Jepang, Tokyo Fashion ikut menyoroti kehadiran remaja dan muda-mudi yang beradu outfit di kawasan Terowongan Kendal dan Stasiun BNI City, Jakarta Selatan.
“Thread keren tentang ribuan anak muda Indonesia yang berdandan dan membuat jalan-jalan di Jakarta Pusat menjadi hidup sebagai fashion catwalk, tidak seperti Harajuku di Jepang,” tulis Tokyo Fashion di akun Twitternya.
Baca Juga: Cerita El, Remaja yang Ngaku Pencetus 'Citayam Fashion Week', Berawal dari Adu Outfit di Tongkrongan
Tokyo Fashion menyebutkan bahwa street fashion Harajuku dulunya tak langsung diterima masyarakat dan dianggap aneh oleh masyarakat sekitar. Sementara di kawasan Sudirman yang menjadi Citayam Fashion Week, masyarakat dengan mudah menerima.
Cool thread about thousands of young Indonesian people dressing up and making the streets of central Jakarta come to life as a fashion catwalk, not unlike Harajuku here in Japan. Hope some Indonesian street snap sites/accounts are documenting & supporting the scene! https://t.co/IN2rF0V9jY
— Tokyo Fashion (@TokyoFashion) July 10, 2022
Namun, seiring berjalannya waktu, street fashion Harajuku diterima dan menjadi populer di kalangan anak muda Jepang.
Kini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno juga menyandingkan Citayam Fashion Week seperti Harajuku.
“Bukan hanya menjadi hit atau tren saat liburan sekolah, tetapi bisa seperti Harajuku di Jepang," kata Sandiaga di Tangerang, Minggu malam, mengutip Antara.
Baca Juga: Sandiaga Uno: "Citayam Fashion Week" Bisa Seperti Harajuku di Jepang
Harajuku sebenarnya merupakan sebutan populer untuk kawasan yang berada di sekitar Stasiun JR Harajuku, Shibuya, Tokyo. Kawan ini menjadi terkenal karena menjadi pusat anak muda yang berpakaian nyentrik.
Gelaran street fashion Harajuku mencankup Kuil Meiji, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan di Jalan Takeshita, Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi.
Sejak tahun 80-an, Harajuku menjadi tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku, komunitas muda mudi dengan pakaian nyentrik yang menari di jalanan.
Baca Juga: Zebra Cross Jadi Runaway, Citayam Fashion Week Mulai Ganggu Lalu Lintas?
Melansir Matcha, Senin (18/7/2022), dalam tiga dekade terakhir, fesyen anak muda di Jepang telah berkembang. Dua tren yang mewakili fesyen Harajuku sejak akhir tahun 80-an hingga awal 90-an adalah pop eksentrik dan Lolita.
Fesyen pop eksentrik yang populer di Harajuku memiliki karakter tersendiri. Umumnya, anak muda yang mengadopsi model fesyen ini mengenakan pakaian dengan warna pastel atau warna neon.
Aksesoris yang digunakan terkadang cukup mengejutkan, seperti ikat kepala flamingo atau ransel berbentuk kerang.
Sebagai bentuk eksentriknya, mereka akan mewarnai rambut dengan warna pastel atau dicoret menggunakan kapur rambut yang populer.
Sementara itu, fesyen Lolita mengacu pada gaun yang bergaya Victorian, Edwardian, dan Georgia yang hadir dalam warna dan pola terang.
Salah satu genre Lolita adalah Gothic Lolita yang menekankan pada penekanan sisi gelap fesyen. Gaya ini menonjolkan warna hitam, merah anggur, hingga abu-abu.
Baca Juga: Soal Citayam Fashion Week, Sandiaga Uno : Bisa Dijadikan Konten Menarik untuk Angkat Urban Tourism
Fesyen di Harajuku melambangkan kebebasan untuk memakai dan menjadi apa yang diinginkan.
Semua gaya yang lahir di Harajuku ditentukan oleh kreativitas pada fesyen dan cara mengekspresikan diri melalui busana.
Sumber : Antara, Matcha
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.