Karena Permendag tersebut sudah telanjur lahir, Gobel menilai pengendalian bisa dilakukan dengan memindahkan pintu masuk barang impor.
“Pindahkan ke pelabuhan-pelabuhan di Indonesia timur. Ini sekaligus menciptakan pemerataan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk di Indonesia timur,” katanya.
"Apalagi, sesuai data yang ada, kontribusi kawasan Indonesia timur terhadap PDB Indonesia sangat rendah. Kontribusi kawasan Indonesia barat, yaitu Sumatera dan Jawa, terhadap PDB adalah 79,70 persen," ungkapnya.
"Sedangkan sisanya yang jauh lebih kecil merupakan kontribusi dari kawasan Indonesia timur, yaitu kontribusi Kalimantan terhadap PDB hanya 8,21 persen, Sulawesi 6,73 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,75 persen, serta Maluku dan Papua 2,61 persen."
Baca Juga: Presiden Jokowi Buka Suara soal Angka Deflasi RI: Menjaga Keseimbangan Itu Tidak Mudah
"Jadi dengan memindahkan pintu masuk impor, akan banyak berkontribusi bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi,” lanjutnya.
Namun, Gobel kembali mengingatkan tentang kerugian yang dialami bangsa Indonesia akibat banjir barang impor ini.
“Salah satu faktor terpenting penyebab rusaknya ekonomi nasional adalah karena rezim pedagang dan penambang menguasai kebijakan ekonomi. Mereka itu ibarat tukang mindahin barang dan tukang gali saja. Di sana tidak ada daya cipta sama sekali," katanya.
"Padahal negara besar dan peradaban besar lahir dari minoritas kreatif yang melakukan inovasi dan membuat barang. Daya cipta adalah energi kemajuan peradaban."
Peradaban modern, kata Gobel, lahir karena hadirnya pola pikir baru yang kemudian menciptakan mesin uap. Yang kemudian berujung pada revolusi industri.
“Peradaban modern bukan lahir dari ditemukannya tambang emas, tambang minyak, tambang batubara, atau tambang nikel, tapi dari ditemukannya mesin uap. Ini hanya lahir dari proses mencipta,” jelas Gobel.
Baca Juga: Kata Presiden Jokowi Deflasi 5 Bulan Beruntun: Harus Dikendalikan, Coba Cek karena Apa
Menurut dia, melalui pengendalian impor, lapangan kerja akan tercipta, industri akan berkembang, investasi akan meningkat, pertumbuhan ekonomi akan terkelola, dan kesejahteraan masyarakat akan terbangun.
Gobel juga mengingatkan tentang pentingnya menaikkan ekspor melalui kerja sama semua pihak, yaitu swasta, BUMN, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian, dengan memanfaatkan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC).
Hal ini, kata dia, akan meningkatkan marketing produk Indonesia, terutama untuk memaksimalkan kontribusi UMKM. Dengan demikian, selain ada pengendalian impor, ada juga penguatan ekspor.
Baca Juga: Mendag Zulhas soal Deflasi: Belum Tentu Tanda Daya Beli Menurun
Adapun solusi ketiga, kata Gobel, adalah menghidupkan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular adalah suatu model atau sistem ekonomi melingkar yang bertujuan untuk memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah suatu bahan atau produk sehingga mampu mereduksi jumlah buangan dan meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan.
Dia mengatakan ekonomi sirkular akan membuka lapangan kerja, menumbuhkan UMKM, mengurangi limbah, dan menjaga kelestarian alam.
“Saya berharap pemerintahan baru Pak Parbowo Subianto nanti mampu menjawab tantangan ekonomi ke depan dengan menggotong asas ketahanan nasional, kedaulatan bangsa, kemakmuran bersama, pemuliaan manusia Indonesia, dan kelestarian lingkungan,” kata Gobel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.