NUSANTARA, KOMPAS.TV - Presiden RI Joko Widodo menekankan bahwa deflasi dan inflasi di Indonesia harus dikendalikan agar tidak merugikan masyarakat. Hal tersebut disampaikan Jokowi menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut.
BPS melaporkan bahwa ekonomi Indonesia mengalami deflasi 0,12 persen secara bulanan (month-to-month) per September 2024. Tren deflasi Indonesia telah berlangsung sejak Mei, yakni deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, dan 0,03 persen pada Agustus.
"Apa pun yang namanya deflasi maupun inflasi itu dua-duanya memang harus dikendalikan sehingga harga stabil, tidak merugikan produsen, bisa petani, bisa nelayan, bisa UMKM, bisa pabrikan, tetapi juga dari sisi konsumen supaya harga juga tidak naik," kata Jokowi saat menghadiri Acara "Nusantara TNI Fun Run" di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Minggu (6/10/2024).
Baca Juga: BPS Catat Deflasi 0,18 Persen pada Juli 2024, Disumbang Harga Bawang Merah dan Cabai Merah
Eks wali kota Surakarta itu pun meminta agar penyebab deflasi dicek lebih lanjut. Jokowi menekankan bahwa yang penting untuk dilakukan adalah pengendalian deflasi.
"Coba dicek betul, deflasi itu karena penurunan harga-harga barang, karena pasokannya baik, karena distribusinya baik, karena transportasi tidak ada hambatan atau karena memang ada daya beli yang berkurang. Pengendalian itu yang diperlukan, keseimbangan itu yang diperlukan," kata Jokowi dikutip Antara.
Di lain sisi, Jokowi juga menyinggung catatan inflasi tahunan (year-on-year) Indonesia sebesar 1,84 persen per September 2024. Menurut Jokowi, nilai inflasi tersebut sudah terhitung baik.
"Kita saat ini kalau terakhir inflasi year-on-year itu kira-kira 1,8, baik, tetapi jangan sampai itu terlalu rendah juga supaya produsen tidak dirugikan, supaya petani yang berproduksi tidak dirugikan. Itu menjaga keseimbangan itu yang tidak mudah dan kita akan berusaha terus," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut deflasi yang telah terjadi selama lima bulan beruntun ini bukan sinyal negatif bagi perekonomian.
Sri Mulyani menyebut deflasi beruntun disebabkan komponen harga bergejolak (volatile food) terkait komoditas pangan. Menurut Sri Mulyani, dengan deflasi pangan, harga bahan makanan di pasar dalam kondisi stabil atau bahkan menurun.
"Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya, ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat," kata Sri Mulyani, Jumat (4/10) lalu.
Baca Juga: Polisi Kerahkan 1.634 Personel Amankan Depat Perdana Pilkada Jakarta 2024 Nanti Malam
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.