JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2024 tumbuh sebesar 5,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dibanding periode yang sama pada 2023.
BPS menyebut besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku tercatat sebesar Rp5.536,5 triliun, sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan mencapai Rp3.231 triliun.
Sedangkan secara kuartal, pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 3,79 persen dibandingkan dengan Triwulan I-2024.
Secara semesteran, ekonomi semester I-2024 tumbuh 5,08 persen dibandingkan dengan semester I-2023.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 bila dibandingkan triwulan II-2023 atau secara year-on-year (yoy) tumbuh 5,05 persen,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/8/2024).
Edy menerangkan, aktivitas ekonomi yang jadi pendorong utama selama April-Juni 2024 adalah konsumsi rumah tangga. Komponen konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,53 persen terhadap PDB.
Baca Juga: Jokowi Ingin RAPBN 2025 Akomodir Semua Program Presiden Terpilih Prabowo Subianto
Dalam periode tersebut, konsumsi rumah tangga ditopang adanya perayaan hari besar keagamaan, seperti Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Al Masih, serta Iduladha.
Setelah konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang berkontribusi sebesar 1,32 persen, konsumsi pemerintah 0,10 persen, dan net ekspor 0,25 persen.
"Secara umum, seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan yang positif," ujar Edy, seperti dikutip dari Antara.
Dari sisi industri, sektor makanan, minuman, dan akomodasi mengalami pertumbuhan tinggi pada triwulan II-2024, yakni sebesar 10,17 persen.
Ia menuturkan, sektor-sektor tersebuf tumbuh bagus karena adanya berbagai kegiatan berskala nasional maupun internasional, seperti kegiatan pertemuan (MICE), musik, dan olahraga.
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Presiden Terpilih Prabowo Subianto akan Umumkan Kenaikan Gaji PNS
Dengan dorongan itu, sektor tersebut berkontribusi sebesar 2,64 persen terhadap PDB.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah transportasi dan pergudangan, yakni sebesar 9,56 persen dengan kontribusi 6,24 persen.
Kinerja sektor ini didukung oleh peningkatan mobilitas masyarakat seiring dengan hari besar keagamaan, cuti bersama, dan libur sekolah; peningkatan volume pengiriman barang ekspor-impor; serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.
Jumlah kunjungan wisatawan juga turut mendorong pertumbuhan sektor jasa lainnya yang sebesar 8,85 persen.
Meski mencatatkan pertumbuhan tertinggi, ketiga sektor tersebut bukan kontributor dominan terhadap PDB dari segi lapangan usaha.
Baca Juga: Masuk Daftar Pembayar Pajak Terbesar, Bos BRI Sebut BUMN Harus Untung agar Punya Dampak Sosial
Menurut Edy, terdapat lima sektor yang mendominasi pertumbuhan PDB dari lapangan usaha pada triwulan II dengan kontribusi 63,70 persen yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.
Secara rinci, sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 18,52 persen, pertanian 13,78 persen, perdagangan 12,99 persen, konstruksi 9,63 persen, dan pertambangan 8,78 persen.
Kinerja sektor industri pengolahan ditopang oleh permintaan domestik dan luar negeri, terutama terhadap industri makanan dan minuman berkat berbagai momen perayaan hari besar dan panen raya padi; industri logam dasar berkat permintaan luar negeri; serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang tumbuh 8,01 persen.
Sektor industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar pada triwulan II, yaitu sebesar 0,79 persen.
Disusul sektor konstruksi 0,67 persen, perdagangan 0,63 persen, serta informasi dan komunikasi 0,50 persen.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.