JAKARTA, KOMPAS.TV - Radio Smart FM kembali menggelar acara Smart Business Outlook dengan tema "Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi" di Flores Ballroom Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Smart Business Outlook 2024 menghadirkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu yang mewakili Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko sebagai pembicara utama.
Selain itu, hadir lima pembicara terkemuka dan pakar di bidangnya yang juga merupakan narasumber dari Radio Smart FM 95.9 yaitu:
- Aviliani (ekonom senior & profesional)
- Jacky Mussry (CEO Mark Plus Institute)
- Tung Desem Waringin (motivator dan pelatih bisnis no 1 Indonesia)
- James Gwee (Indonesia’s favourite trainer & seminar speaker)
- Ryan Filbert (praktisi pasar modal dan cyber security analyst)
Baca Juga: Anak-Anak Muda Generasi Z Indonesia Ciptakan Ide di Bidang Bisnis dan Teknologi - POLLING #39
Dalam pidatonya, Febrio menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan keadaan fiskal yang sehat.
Hal ini terlihat dari penurunan terus-menerus defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang bahkan saat ini, kata dia, lebih baik dari Undang-Undang APBN 2023 yang disahkan pada Oktober 2022.
Selain itu, Febrio menyoroti manfaat pengelolaan fiskal yang efektif dan peran APBN sebagai peredam kejut atau shock absorber, sehingga tidak perlu menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) secara mendesak. Risiko makro, sambungnya, juga relatif sangat terjaga.
"Akhirnya kita naikkan (BBM) waktu itu di bulan September 2022. Tetapi itu kemudian bisa kita
absorb (redam, red) dengan sangat baik. Inflasi kita jaga turun, daya beli masyarakat kita jaga juga," tuturnya.
Ia menambahkan, fiskal juga menjadi salah satu indikator yang menjadikan suatu negara tahan terhadap risiko global, yang dapat dilihat dari defisit anggaran.
Febrio menyatakan pemerintah Indonesia memegang posisi yang kuat dan konsisten terkait hal ini.
Baca Juga: Krisis Ekonomi Global, Jokowi Mewanti-Wanti Para Menterinya Setelah Banyak Negara Jadi Pasien IMF
Sementara Handoko menjelaskan, Indonesia menghadapi peluang dan tantangan terkait disrupsi teknologi yang sudah dihadapi selama beberapa tahun terakhir.
Sejak 2020, kata dia, Indonesia telah memiliki Rencana Peraturan Presiden (R-Perpres) mengenai Strategi Nasional (Stranas) untuk mempercepat implementasi kecerdasan buatan.
Dalam Stranas ini, ia mengungkapkan, terdapat empat pilar percepatan yang melibatkan iklim kepercayaan, talenta, ekosistem data dan infrastruktur, serta ekosistem R&I.
Salah satu fokus utama dalam upaya implementasi kecerdasan buatan adalah pengembangan ekosistem data.
"Jadi masalah infrastruktur relatif mudah, kemudian kalau kita mau menetapkan implementasi juga mudah, yang susah itu bagaimana kita bisa menciptakan data. Karena AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) itu basisnya big data. Jika kita tak memiliki big data, kita tak memiliki AI," jelas Handoko.
Baca Juga: Airlangga Hartarto Sampaikan Strategi Indonesia dalam Mebangun IKN di Tengah Krisis Ekonomi Global
Dalam acara tersebut, Aviliani menyatakan jarak krisis ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir semakin mendekat.
Dalam rentang waktu 2008 hingga 2019, kata dia, gejolak ekonomi dunia terjadi akibat masalah di sektor keuangan, energi, dan perdagangan.
Meskipun demikian, dampak krisis tersebut tidak begitu terasa secara signifikan pada aspek permintaan dan penawaran dalam perekonomian.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.