JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo menyatakan, ada 93 proyek kerja sama dan 73 proyek potensial senilai puluhan miliar dolar AS, yang akan ditindaklanjuti dari KTT ASEAN di Jakarta.
Proyek-proyek tersebut melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan para negara mitra. Seperti Jepang, China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Kanada.
"Saya mengapresiasi dukungan dan kontribusi negara ASEAN dan mitra ASEAN sehingga telah terkumpul 93 proyek kerja sama senilai USD38,2 miliar dan 73 proyek potensial senilai USD17,8 miliar," kata Jokowi dalam pembukaan ASEAN-Indo-Pacific Forum, Selasa (5/9/2023).
Sehingga totalnya, ada 166 proyek senilai USD56 miliar atau sekitar Rp856 triliun (kurs Rp15.292).
Baca Juga: Hari ke-2 KTT ASEAN, Jokowi Pimpin Pertemuan dengan Negara Mitra ASEAN, dari China Sampai AS
"Ini mencerminkan komitmen kita to walk the talk, membangun Indo-Pasifik yang damai, yang stabil, dan yang makmur. Semoga ikhtiar kita dapat memberikan manfaat yang besar bagi rakyat di kawasan dan dunia," tambahnya.
Menurut Jokowi, proyek kerja sama senilai ratusan triliun rupiah itu memungkinkan karena ekonomi ASEAN terbukti tangguh dan terus tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi global dan kawasan lainnya.
Jokowi menyebut, dengan populasi sebesar 680 juta jiwa, ASEAN juga merupakan pasar yang potensial dengan peluang investasi yang menjanjikan.
Baca Juga: Di Depan PM China, Jokowi Sebut Pentingnya Kepercayaan dan Kerja Sama yang Saling Menguntungkan
Namun, lanjut Jokowi, kawasan ASEAN tidak imun dari berbagai tantangan global dan rivalitas geopolitik yang menajam. Khususnya potensi konflik di Indo-Pasifik. Untuk itu, kata Jokowi, ASEAN-Indo-Pacific Forum hadir untuk mengubah rivalitas di Indo-Pasifik menjadi kerja sama yang bermanfaat, serta membangun habit of cooperation yang win-win formula, tanpa satu pun merasa dikucilkan.
Salah satu proyek kerja sama yang disebutkan Jokowi adalah pembangunan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury menekankan pentingnya konektivitas antar negara anggota ASEAN untuk dapat mewujudkan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Baca Juga: Jelang Beroperasi Resmi, PM China dan Luhut akan Jajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hari Ini
“Pengembangan ekosistem kendaraan listrik serta kapasitas produksi tidak akan dapat terwujud tanpa konektivitas antar negara anggota ASEAN,” kata Pahala saat memberikan sambutan pada The ASEAN Indo-Pacific Forum Day 2 di Jakarta, Rabu (6/9).
The ASEAN Indo-Pacific Forum adalah bagian dari rangkaian KTT ASEAN. Forum ini berfungsi sebagai platform inklusif bagi negara-negara anggota ASEAN dan mitranya, terutama dari sektor publik dan swasta untuk terlibat dalam diskusi mendorong kolaborasi di kawasan Indo-Pasifik.
Di depan para peserta forum, Pahala menuturkan bahwa Indonesia telah meluncurkan dan membangun ekosistem mobil listrik dan kendaraan listrik.
Indonesia memiliki total sekitar 26 persen sumber daya dunia berupa nikel, serta target membuat baterai dengan kapasitas lebih dari 140 gigawatt jam pada 2030.
Baca Juga: Choi Siwon Hadir di KTT ASEAN, Ajak Pemimpin Negara untuk Perhatikan Pendidikan dan Kesehatan Anak
Begitu juga dengan negara-negara ASEAN lainnya yang juga memiliki rencana ambisius untuk dapat menjadi bagian dari rantai pasok global dalam ekosistem EV.
“Negara-negara anggota ASEAN lainnya juga memiliki potensi yang besar, seperti Filipina yang sebenarnya juga memiliki potensi yang sangat signifikan dalam pengembangan nikel. Di Indonesia, kita juga mempunyai sumber daya yang lebih dari sekadar nikel,” ucapnya.
Oleh karenanya, Pahala mengajak negara-negara ASEAN, melalui ASEAN Indo-Pacific Forum dan KTT ASEAN, untuk bersama-sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
Serta menghubungkan klaster industri ramah lingkungan yang akan membangun rantai pasok di masa depan melalui jaringan hijau ASEAN atau The Green ASEAN Grid.
Baca Juga: Berlaku 2024, Ini Cara Pembayaran Pungutan Rp150 Ribu untuk Turis Asing Masuk Bali
“Membangun pelabuhan ramah lingkungan dan penyimpanan molekul ramah lingkungan seperti hidrogen ramah lingkungan, serta bahan bakar penerbangan berkelanjutan adalah salah satu elemen kunci bagaimana kita dapat mengembangkan ekosistem yang lebih kohesif dan rantai pasokan yang lebih terregionalisasi agar mampu mengembangkan ekosistem EV ini,” terangnya.
Indonesia juga tengah mendorong inisiatif untuk mengembangkan dan menyasar pasar hidrogen yang sedang berkembang dan menciptakan potensi sekitar 1,4 triliun pasar pada tahun 2050.
“Indonesia masih berada pada tahap awal pengembangan hidrogen hijau. Dalam hal penghematan, Pertamina Indonesia juga telah berkembang menjadi bahan bakar kendaraan listrik yang berkelanjutan melalui banyak inisiatif yang kami miliki,” tambahnya.
Adapun ASEAN Indo-Pacific Forum yang diselenggarakan pada Selasa hingga Rabu, 5-6 September 2023 merupakan implementasi dari Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP). Forum ini merupakan acara unggulan di bawah Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.