JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kaya dengan sumber daya alamnya. Salah satunya, di sektor komoditas pertambangan nikel.
Seperti diketahui, Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar nikel dunia dengan cadangan mencapai 26 persen dari cadangan nikel global berasal dari Tanah Air. Nikel merupakan salah satu komponen utama dalam industri baterai dan stainless steel. Wajar jika nikel memainkan peranan penting dalam narasi transisi energi yang tengah dikebut pemerintah Indonesia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 72 juta ton nikel (Ni). Hal itu menjadikan Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 52 persen dari total cadangan nikel global mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data Kementerian ESDM pada 2020, sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1 persen sampai 2,5 persen. Rinciannya, kadar nikel kurang dari 1,7 persen sebanyak 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7 persen sebesar 3,93 miliar ton.
Untuk cadangan bijih nikel yang dimiliki Indonesia mencapai 3,65 miliar ton dengan kadar 1 persen hingga 2,5 persen. Rinciannya, cadangan bijih nikel berkadar kurang dari 1,7 persen sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel berkadar di atas 1,7 persen sebesar 1,76 miliar ton.
Meminjam data US Geological Survey (USGS) pada 2021, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan produksi nikel terbesar di dunia. USGS memprediksi produksi nikel Indonesia akan terus meningkat dengan kontribusi terbanyak dari proyek nikel pig iron dan baja tahan karat terintegrasi.
Melansir BRIN, hampir 70 persen produk turunan nikel dunia digunakan sebagai bahan baku stainless steel, 11 persen untuk baterai, 7 persen untuk berbagai paduan logam, dan sisanya dijadikan bahan baku industri mulai dari lapisan anti korosi, magnet, katalis, pigmen, dan berbagai aplikasi lainnya.
Nikel memiliki potensi besar dalam hilirisasi industri di Indonesia. BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID berperan penting dalam memacu pertumbuhan hilirisasi industri di Indonesia. Berisikan anak perusahaan meliputi PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk (TINS) tengah serius menjalankan mandat hilirisasi yang diberikan pemerintah.
Setiap anggota Grup MIND ID kini menjalankan berbagai proyek hilirisasi, salah satunya di sektor pemanfaatan komoditas nikel. Melalui anggota Grup MIND ID PT ANTAM, sejumlah proyek hilirisasi sedang dan sebagian sudah beroperasi.
Di antaranya, pembangunan pabrik peleburan atau smelter feronikel di Kolaka Sulawesi Tenggara. ANTAM pun membangun smelter feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara. Kapasitas total produksi feronikel kedua pabrik peleburan tersebut mencapai 40.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
"Sebagai Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID terus berkomitmen untuk menggarap proyek hilirisasi. Kami siap mensinergikan dari mulai bisnis hulu melalui beberapa Unit Bisnis Pertambangan (UBP) nikel, hingga hilirisasi industri melalui pengolahannya di pabrik smelter," ucap Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf.
Aktivitas pertambangan nikel anggota Grup MIND ID, PT ANTAM dilakukan melalui UBP yang tersebar di beberapa daerah, seperti UBP Nikel Sulawesi Tenggara yang melakukan aktivitas pertambangan nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Ada pula tambang nikel di Pakal, Maluku Utara dikelola UBP Nikel Maluku Utara, serta tambang nikel di Pulau Gag, Papua Barat yang dioperasikan cucu perusahaan MIND ID, PT Gag Nikel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.