Tapi seharusnya bisa diatasi dengan koordinasi tim yang terlibat di dalamnya.
"Nah tim itu, kalau yang sehat saling mengingatkan, ini ada yang kelupaan, ada yang belum. Nah ini penting," lanjutnya.
Ia juga membeberkan, sebenarnya proyek ini hampir mangkrak di 2019, saat pertama kali ia ditugaskan Menteri BUMN Erick Thohir mengawal proyek ini.
Baca Juga: 31 Kereta LRT Jabodebek Spesifikasinya Beda-Beda, Pintu Kereta dan Pintu Stasiun Tidak Sejajar
Upaya yang dilakukan saat itu adalah dengan negosiasi ulang dengan pihak China mengenai pembiayaan. Lantaran proyek ini dikerjakan oleh BUMN Indonesia dan gabungan perusahaan China.
"Saya harus menyelesaikan barang ini yang waktu itu di 2019 nyaris mangkrak. Lalu dipetakan lagi supaya barang ini jalan dan akhirnya beroperasi bagaimana pun caranya," ungkap Tiko.
Kemudian dilakukan juga penanganan konstruksi terowongan yang ambrol. Lokasinya ada di ujung daerah Padalarang.
"Tiap kali dibor, ambrol lagi, dibor ambrol lagi. Akhirnya sama China diskusi panjang lebar dan meng-create bor baru. Jadi dia sambil bor, dia bisa sambil ngecor," sambungnya.
Baca Juga: Wamen BUMN Ungkap Ada Salah Desain LRT Jabodebek, Semua Komponen Proyek Berjalan Liar
Ia mengatakan banyak pihak yang terlibat dalam proyek ini. Ada yang mengurusi pembangunan rel sampai menghitung biaya pembangunan yang membengkak.
"Jadi kita bikin PMO besar dengan berbagai komponennya, ada yang ngurusi mengenai civil works-nya, sarananya, stasiunnya, integrasi teknologinya, negosiasi keuangan dengan China, mengubah Perpres," ujar Tiko.
"Jadi dalam 3,5 tahun, dari kondisi mangkrak sekarang akan beroperasi, dengan berbagai macam tantangan," tandasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.