JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden RI Joko Widodo menyatakan, peluncuran Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) menjadi upaya pemerintah dalam pemerataan pembangunan infrastruktur digital pelayanan publik.
"Peluncuran SATRIA-1 adalah salah satu upaya kita dalam pemerataan pembangunan infrastruktur digital di pusat pelayanan publik di seluruh Indonesia," kata Jokowi dikutip dari unggahan akun Instagram resminya, Senin (19/6/2023).
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Utama BAKTI Kemenkominfo Arief Tri Hardiyanto menyatakan, masyarakat diharapkan dapat mulai memanfaatkan kapasitas internet SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps di 50.000 titik fasilitas publik secara bertahap mulai Januari 2024.
Hal itu berdasarkan hasil studi terbaru Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Kecepatan internet di setiap titik diproyeksi mencapai 4 Mbps, lebih besar dari perhitungan awal 1 Mbps saat proyek SATRIA-1 dirintis medio 2018.
Baca Juga: Apa Itu Satelit SATRIA-1 dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Arief menambahkan, pemerintah akan segera menentukan titik-titik prioritas layanan internet pemanfaatan SATRIA-1.
"Besok kita akan mengundang perwakilan Kemendikbudristek, Kementerian Kesehatan, Pemda, Polri dan TNI untuk mengidentifikasi titik-titik layanan yang memang dibutuhkan saat ini supaya diprioritaskan dahulu dalam penyiapan ground segment-nya," kata Arief di Orlando, Florida, AS, Minggu waktu setempat seperti dikutip dari Antara.
Salah satu pihak yang menyaksikan peluncuran itu adalah Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Amerika Serikat (AS) Rosan Perkasa Roeslani.
Rosan mengatakan, peluncuran Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1 menjadi sejarah baru telekomunikasi Indonesia.
Lantaran keberadaan SATRIA-1 menciptakan pemerataan koneksi internet di 50.000 titik (spot) di seluruh Nusantara, yang belum tertangani Palapa Ring.
Baca Juga: Satelit SATRIA-1 Meluncur ke Angkasa, Hadirkan Layanan Internet 150 Gbps di 50 Ribu Fasilitas Publik
"Alhamdulillah, doa, harapan, optimisme, dan kebanggaan saya terwujud saat menyaksikan sejarah baru bangsa Indonesia meluncurkan SATRIA-1. Indonesia kini memasuki era baru telekomunikasi. Jaringan internet makin merata hingga ke berbagai pelosok," tuturnya dalam keterangan tertulis.
Dubes Rosan mengungkapkan, SATRIA-1 meluncur dengan mulus, pada Senin (19/6/2023) pukul 05.21 WIB atau Minggu (18/6/2023) pukul 18.21 waktu Florida, Amerika Serikat (AS).
Satelit terbesar milik Indonesia itu sukses mengangkasa menuju target orbit 146 Bujur Timur.
Satria-1 dibawa roket Falcon 9 milik SpaceX dari landasan di Cape Canaveral, Florida.
Falcon 9 adalah roket yang mendarat vertikal dan bisa digunakan ulang untuk misi selanjutnya.
SATRIA-1, lanjutnya, dibangun Thales Alenia Space (TAS) Prancis dan diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 milik Space Exploration Technologies Corporation atau dikenal dengan SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Peluncuran itu menandai Indonesia sebagai pemilik satelit terbesar kelima di dunia dan nomor satu di Asia.
Baca Juga: Saksikan Siaran Langsung Pukul 04.50 WIB Peluncuran Satelit Satria-1 Indonesia dengan Roket Falcon 9
SATRIA-1 akan meningkatkan layanan masyarakat di fasilitas publik, meningkatkan produktivitas bangsa Indonesia, memajukan pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi perdesaan seiring internet meluasnya keterjangkauan jaringan internet hingga ke pelosok negeri, dari Sabang sampai Merauke.
"Saya bersama sejumlah pejabat dari Indonesia berada di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Kami menjadi saksi peluncuran SATRIA-1 meluncur ke langit yang berlangsung pada 18 Juni 2023 pukul 18.04 waktu setempat atau 19 Juni 2023 05.04 WIB. Indonesia akan terus maju," jelas Dubes Rosan.
SATRIA-1 jenis VerySatelit yang memiliki teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan ketinggian 6,5 meter, bobot 4,5 ton, kapasitas 150 Gbps, dan masa hidup sampai 15 tahun.
Proyek strategis nasional ini dikerjakan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), badan usaha swasta yang dibentuk konsorsium PSN selaku pemenang tender, untuk mengoperasikan satelit pemerintah.
Sementara itu, penyediaan proyek satelit ini menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
SNT merupakan perusahaan yang dibentuk pemenang tender yang terdiri atas PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.