JAKARTA, KOMPAS.TV - Tanggal 21 Ramadan akan dikenang sebagai peristiwa paling keji dalam sejarah Islam. Pada hari hari tersebut, seorang putra terbaik Islam wafat, yakni Khalifah keempat Ali bin Thalib.
Ia dibunuh dengan keji oleh seorang bernama Ibnu Muljam. Ia adalah seorang fasih Al-Qur’an dan berasal dari golongan Khawarij dan mengeklaim, dirinya paling benar sendiri soal Islam.
Ali yang merupakan orang pertama masuk Islam, sahabat Nabi, serta menantu beliau dicap sebagai sosok kafir dan bersalah.
Ia menikam Ali bin Thalib usai salat Subuh pada 17 Ramadan atau 20 Ramadan—para sejarawan berbeda pendapat soal waktu penikamannya tersebut, dan wafat pada tahun ke-40 Hijriah atau 661 M.
Akibat beda paham politik keagamaan yang berakibat pada perang Shiffin37 H/ 648 M antara Muawiyah dan Ali terkait suksesi kepimpinan dan keumatan, muncullah kelompok bernama Khawarij. Ibnu Muljam adalah bagian kelompok ini.
Kelompok ini menentang keduanya, Ali dan Muawiyah, serta menganggap diri paling benar. Di luar kelompoknya salah dan kafir. Ia merasa, kelompoknya sesuai dengan Al-Qur’an dan selain mereka wajib diperangi karena telah mengotori hukum Allah.
Ibnu Muljam adalah bagian dari kelompok Khawarij ini dan berniat menghabisi keduanya, baik Ali bin Thalib maupun Muawiyah.
Baca Juga: Ibnu Muljam dan Kisah Pembunuhan Keji Khalifah Ali bin Abi Thalib di Bulan Ramadan
Kematian Ali pun jadi kabar memilukan bagi Umat Islam. Sosok yang selama ini dianggap sebagai sosok terbaik di sisi Rasulullah itu berpulang. Lautan manusia pun mengiringi kepulangannya.
Muawiyah, sahabat sekaligus sosok yang kerap berselisih paham dengan Ali hingga menyebabkan perang Shiffin pun menangis ketika Ali bin Thalib berpulang.
Dinukil dari buku Kisah Hidup Ali bin Abi Thalib yang ditulis Mustafa Murrad, Muawiyah ketika mendengar kabar itu menangis tersedu-sedu.
“Mengapa engkau menangis kepergiannya, sedangkan selama ini engkau memeranginya?” tanya Istri Muawiyah.
“Sunggguh kau tidak mengetahui, seiring dengan kepergiannya, manusia kehilangan kemuliaan, pemahaman dan pengetahuan,” papar Muawiyah.
Ia adalah sosok terhormat dan disebut Nabi sebagai pintu ilmu pengetahuan dan ia berpulang.
Baca Juga: Kisah Nabi Uzair, Dihidupkan Lagi setelah Wafat 100 tahun
Perisitwa wafatnya Ali di tangan Ibnu Muljam di bulan suci Ramadan ini dianggap sebagai salah satu pembunuhan paling keji dalam sejarah.
Betapa tidak, ketika Ali sedang menunaikan ibadah dan waktu itu bertepatan dengan bulan suci umat Islam, beliau malah dibunuh hanya karena beda pendapat dan pemahaman soal politik.
Dikisahkan, Ibnu Muljam sengaja datang ke Kufah, Irak, tempat Ali, untuk membunuhnya dengan membawa sebilah pedang yang sudah dilumuri dengan racun mematikan.
Dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah karya Prof Dr Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, dikisahkan bagaimana Ali akhirnya wafat akibat racun mematikan tebasan pedang dari Ibnu Muljam.
“Tebasan pedang beracun itu sangat mematikan, sehingga tiada harapan bagi Ali untuk selamat dan sembuh,” tulisnya.
Ketika di penjara pun, Ibu Muljam tidak merasa bersalah. Bahkan, dikisahkan sempat negosiasi dengan Hasan, putra Ali bin Thalib, untuk membunuh Muawiyah sebagai ganti kebebasannya.
"Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu hingga api neraka melumatmu," kata Hasan.
Peristiwa yang begitu memilukan dan jadi noda dalam sejarah.
Kelak, sejarah mencatat, kelompok khawarij ini dan Ibnu Muljam mengilhami kelompok-kelompok ekstremisme yang kerap mengatasnamakan agama tapi justru berbuat keburukan. Wallahu a'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.