YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Puasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, seperti diperintahkan dalam QS Albaqarah ayat 183.
Perintah menjalankan puasa di Bulan Ramadan turun kepada Nabi Muhammad pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah, atau sekitar 624 Masehi.
Ketika wahyu itu turun, Nabi Muhammad beserta para sahabatnya sedang membangun sebuah pemerintahan baru di Madinah.
Arti ayat tersebut adalah sebagai berikut, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Jika melihat arti dari ayat itu, orang-orang terdahulu pun telah melaksanakan puasa.
Namun, apakah puasanya orang-orang terdahulu sama dengan puasa yang dilakukan oleh umat Muslim saat ini?
Mengutip pendapat Abu Ja‘far, al-Thabari (w. 310) dalam Tafsîr-nya (Jeddah: Muassasah al-Risalah, Cetakan I, 2000, Jilid 3, h. 410) menyatakan bahwa para ulama tafsir sendiri berbeda pendapat mengenai maksud “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”.
Baca Juga: Puasa Malah Makin Gemuk, Kenapa Ya?
Dilansir laman nu.or.id, sebagian ulama menyatakan, penekanan tasybîh atau perumpamaan di sana adalah kewajiban puasanya. Sedangkan ulama lain menekankan pada orang-orang yang berpuasanya.
Meski demikian, perbedaan ini tetap bermuara pada maksud orang-orang terdahulu beserta cara, waktu, dan lama puasa mereka.
“Jika penekanannya adalah orang-orang berpuasa yang sama dengan kita, jelas maksudnya adalah kaum Nasrani,” kata Ustadz M Tatam Wijaya, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin”, Cianjur, Jawa Barat, dalam keterangan di laman nu.or.id.
Sebab, lanjutnya, mereka diwajibkan berpuasa Ramadan yang waktu dan lamanya sama seperti puasa yang difardukan kepada umat Muslim.
Hal itu, lanjutnya, seperti yang dikutip al-Thabari dari Musa ibn Harun, dari ‘Amr ibn Hammad, dari Asbath, dari al-Suddi.
Saat itu, kewajiban puasa Ramadan berupa tidak boleh makan dan minum setelah tidur (dari waktu isya hingga waktu isya lagi), juga tidak boleh bergaul suami-istri.
Rupanya, hal itu cukup memberatkan bagi kaum Nasrani (termasuk bagi kaum Muslimin pada awal menjalankan puasa Ramadan).
Baca Juga: Mencicip Makanan Tidak Membatalkan Puasa? Simak Penjelasannya
Kemudian, Allah pun membolehkan mereka makan, minum, bergaul suami-istri, hingga waktu fajar.
Pendapat lain mengenai maksud orang-orang terdahulu adalah para ahli kitab, dalam hal ini adalah kaum Yahudi, sebagaimana dalam riwayat Mujahid dan Qatadah.
Dalam riwayatnya, Qatadah mengungkapkan, “Puasa Ramadhan telah diwajibkan kepada seluruh manusia, sebagaimana yang diwajibkan kepada orang-orang sebelum mereka. Sebelum menurunkan kewajiban Ramadan, Allah menurunkan kewajiban puasa tiga hari setiap bulannya.”
Namun, wajib puasa tiga hari ini ditolak oleh sahabat yang lain. Sebab, puasa tiga hari yang dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu bukan wajib, melainkan sunnah.
Pasalnya, tidak ada riwayat kuat yang dijadikan hujjah bahwa ada puasa wajib sebelum puasa Ramadan yang diberikan kepada umat Islam.
Riwayat lain juga menyebutkan bahwa Rasulullah menjalankan puasa Asyura, yakni puasa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada 10 Muharram.
Puasa Asyura dilakukan oleh Kaum Yahudi sebagai wujud rasa syukur karena pada tanggal itu Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan bala tentara Fir‘aun.
Nabi lalu bersabda, ‘Aku tentu lebih utama terhadap Musa dan lebih hak menjalankan puasa itu dibanding kalian.’
Maka beliau pun berpuasa dan memerintahkan para sahabat berpuasa pada hari itu.
Puasa tiga hari setiap bulan juga biasa dilakukan oleh Nabi Nuh, juga oleh para nabi setelahnya, kemudian diikuti oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Puasa mereka dilakukan selama tiga hari setiap bulannya dan berbuka pada waktu isya. Bahkan, Nabi Adam pun pernah menjalankan puasa tiga hari ini.
Mengutip Kompas.com, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW, Nabi Daud AS pun sudah menjalankan ibadah puasa.
Namun, pelaksanaan ibadah puasa oleh Nabi Daud bersama umatnya dilakukan selama seumur hidup dengan cara berselang-seling, yaitu sehari puasa besoknya tidak dan seterusnya.
Selain itu, dalam tradisi bangsa Yunani juga ada kegiatan berpuasa, yang biasanya dilakukan sebelum terjun ke medan pertempuran.
Sedangkan bangsa Romawi melakukan puasa supaya mendapatkan kekuatan fisik, serta mengajarkan kesabaran dan ketabahan.
Sumber : Kompas TV/nu.or.id/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.