Dengan kata lain, lapangan pekerjaan yang selama ini masih menjadi pekerjaan rumah dapat ditingkatkan seiring masuknya investasi di Jateng.
"Hitung-hitungan saya sampai dengan akhir tahun depan itu PR saya yang mesti dikejar salah satunya adalah lapangan pekerjaan. Nah ini kami bukakan. Saya terima kasih dari kawan-kawan banyak yang kemudian ekspansi pabriknya ke banyak tempat di Jawa Tengah. Inikan ada di Jepara, Pemalang, Batang," tutur politisi PDI Perjuangan tersebut.
Relokasi pabrik ke Jawa Tengah ini sebelumnya juga pernah disampaikan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Ia mengatakan, adanya PHK di Indonesia juga dibarengi dengan pembukaan industri baru yang serupa di tempat lainnya.
“Data kami menunjukkan bahwa betul terjadi penutupan di satu wilayah provinsi, tapi buka di provinsi lain. Judul di media ngeri-ngeri sedap, katanya terjadi PHK massal padahal yang tutup cuma dua perusahaan. Itu saya cek, dan itu cuma relokasi saja,” kata Bahlil di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).
Baca Juga: Ternyata Ini Biang Kerok Badai PHK Startup: Bunga Acuan, Inflasi, dan Perang Rusia-Ukraina
Ia mengungkapkan, ada izin usaha di Jawa Tengah yang keluar di saat pabrik di Jawa Barat ditutup. Artinya, meski ada kemungkinan terjadi PHK di Jawa Barat, tetapi terjadi penciptaan lapangan kerja baru di Jawa Tengah.
Menurutnya, pabrik sepatu atau pakaian di Jawa Barat kemungkinan tutup karena biaya operasional yang tinggi akibat upah pekerja yang tinggi di wilayah tersebut.
Padahal, profit perusahaan tersebut sangat bergantung dari pendapatan. Sedangkan upah di Jateng memang lebih murah.
“Kalau capex (belanja modal) dia sudah tinggi di satu wilayah, dia akan mencari daerah lain yang capex-nya lebih rendah. Nah, kebetulan di Jawa Tengah itu upaya tenaga kerja murah, operasional murah. Harga nasi pecel di Jateng dan Jabar beda, tenaga kerja beda, sewa beda, jadi mereka tutup sebagian di Jabar tapi mereka bangun di Jateng,” tutur Bahlil.
Baca Juga: Resesi Seks Ternyata Bisa Menimbulkan Lonely Economy, Apa Itu?
Selama relokasi bisnis masih dilakukan di dalam negeri seharusnya bukan masalah besar. Ia menilai hal tersebut wajar di industri padat karya.
“Bagi saya selama mereka di RI, oke-oke saja. Yang kita khawatir itu tutup di Jabar, pindah ke negara lain,” ucap mantan Ketua HIPMI itu.
“Terjadi penurunan, yes, tapi ada juga yang baru masuk. Jadi ya biasalah. Orang di padat karya begitu semua, mencari suasana baru," tambahnya.
Sumber : Antara, Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.