JAKARTA, KOMPAS.TV – Sejumlah pengusaha mulai terbebani oleh depresiasi rupiah. Pasalnya, depresiasi rupiah dan resesi akibat infllasi tinggi akan seringkali menimbulkan tekanan atau juga keuntungan tersendiri bagi pengusaha Indonesia.
Mereka yang menghadapi tekanan bersiasat untuk mempertahankan bisnis agar tidak tergerus imbas ketidakpastian ekonomi global tersebut.
Sebgaimana diketahui, pada perdagangan Rabu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot ditutup melemah 0,94 persen di level Rp 15.267 per dollar AS. Pelemahan juga terjadi pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor.
Nilai tukar rupiah Jisdor tembus Rp 15.243 per dollar AS, lebih tinggi daripada perdagangan Selasa lalu yang berada pada level Rp 15.155 per dollar AS.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, banyak pengusaha yang saat ini terbebani imbas pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Ada dua beban depresiasi rupiah yang saat ini dialami para pengusaha. Pertama, peningkatan beban perdagangan atau rantai pasok di sisi impor.
“Hal tersebut khususnya terjadi pada perusahaan-perusahaan perdagangan yang memiliki frekuensi impor relatif tinggi,” ujarnya, Rabu (28/9/2022), dikutip dari Kompas.id.
Pelemahan nilai tukar rupiah itu bukan hanya menggembungkan harga komoditas impor, tapi juga biaya-biaya lain. Misalnya, biaya logistik, asuransi, dan transaksi dagang.
Baca Juga: Sejumlah Komoditas Ekspor Kinerjanya Tak Terpengaruh Resesi Dunia, Sawit Tetap Jaya
Kedua, dalam bentuk peningkatan beban pinjaman luar negeri, khususnya perusahaan-perusahaan yang memiliki pinjaman asing dari negara-negara yang mengalami krisis inflasi tinggi. Mereka harus menanggung biaya bunga yang lebih tinggi di tengah tren peningkatan suku bunga acuan.
“Beban-beban itu pasti akan menekan kecukupan dan kelancaran arus kas perusahaan sehingga kalau tidak dikelola dengan baik, kinerja perusahaan bisa terganggu,” ungkap Shinta.
Di tengah kondisi tersebut, Shinta menyebutkan, perusahaan-perusahaan di Indonesia menggulirkan sejumlah strategi.
Bagi yang terimbas depresiasi rupiah, mereka mendiversifikasi impor dengan cara mencari negara importir yang bisa memberikan harga yang lebih bersaing atau stabil atau mencari suplai dari dalam negeri.
“Kalau tidak ada suplai alternatif, satu-satunya strategi yang diterapkan adalah meningkatkan efisiensi usaha dan menaikkan harga jual,” ujarnya.
Sementara, bagi perusahaan yang terbebani utang luar negeri, mereka ada yang meminta keringanan atau penurunan bunga, mengonversi utang menjadi saham, melakukan efisiensi usaha, mengatur arus kas, dan menaikkan harga jual produk.
Baca Juga: Apa itu Resesi? Berikut Penjelasan dan Faktor Penyebabnya
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.