JAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Pertanian (Kementan) RI memastikan palaksanaan vaksinasi dan penandaan ternak sudah dilakukan sebagai bagian dari pencegahan wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK.
Data terkait vaksinasi tersebut ditampilkan secara realtime secara online di laman siagapmk.id.
“Saat ini ada 18.407 petugas vaksinator di 19 provinsi yang tertular PMK,” kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri melalui akun resmi YouTube Kementan, 22 Juni 2022.
Adapun vaksinator tersebut terdiri dari 3-5 orang petugas yang terdiri dari dokter hewan dan paramedik, dan pencatat data (data encoder).
Sementara ini, PMK tercatat tercatat menyebar di 19 provinsi dan 213 kabupaten/kota. Berdasarkan data per 22 Juni di laman siagapmk.id, jumlah hewan sakit sebanyak 223,104 ekor, jumlah hewan yang sembuh sebanyak 70.445 ekor, jumlah hewan potong bersyarat sebanyak 1.971 ekor, serta jumlah hewan mati sebanyak 1.262 ekor.
Kemudian, untuk sisa kasus atau hewan yang belum sembuh ada 149.426 ekor. Sedangkan, vaksinansi sudah dilakukan ke 1.932 ekor.
Provinsi yang tertular PMK tersebut antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, D.I Yogyakarta, Kep.Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Banten, Jambi, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, dan Bengkulu.
Baca Juga: Pedagang ke Mendag: Jelang Iduladha dan Ada Wabah PMK, Harga Daging Sapi Tembus Rp150.000/Kg
Dalam upaya menangani kasus PMK ini, pemerintah menyiapkan anggaran pengadaan total 3 juta dosis Vaksin PMK dengan mengimpor dari Perancis.
Untuk tahap satu, ada 10.000 dosis vaksin yang tiba pada hari Minggu 12 juni 2022 melalui Bandara Soekarno-Hatta. Disusul tahap dua, ada 800.000 dosis vaksin PMK yang tiba pada Jumat (17/6/2022) lalu.
Adapun, Kementan melalui Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) juga tengah mempersiapkan vaksin produksi dalam negeri yang diprediksi akan selesai pada akhir Agustus 2022.
Terkait Iduladha yang akan jatuh di awal Juli nanti, Kuntoro turut mengajak masyarakat untuk tidak panik atau khawatir terkait ketersediaan hewan kurban. “Kami memastikan ketersediaan hewan kurban, baik sapi, kambing, dan domba, dalam kondisi cukup. Hal ini mengacu pada jumlah kebutuhan hewan kurban tahun lalu yang mencapai 1,5 juta ekor,” ujar Kuntoro dalam pemberitaan Kompastv sebelumnya.
Pertama, Wabah PMK hewan ternak menurunkan produksi susu segar dalam negeri. Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menyebutkan, tingkat kematian akibat PMK memang 1-5 persen, tetapi begitu terinfeksi, produksi susu bisa turun 25-100 persen. Rata-rata 80 persen.
Kedua, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat selama sebulan sebanyak 15 ekor anak sapi mati terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merebak.
"Anak sapi itu mati karena kurang mengkonsumsi susu dari induknya yang terkena PMK. Jadi bukan mati terkena PMK,” terang Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Rabu (8/6).
Ketiga, Picu harga daging sapi mahal, seperti yang terjadi di Pasar Klender, Jakarta Timur. Salah seorang pedagang mengaku daging sapi di Pasar Klender dijual seharga Rp150.000 per kg. Padahal biasanya hanya Rp110.000 per kg hingga Rp120.000 per kg.
Pedagang pun semakin tertekan karena harga daging sapi tinggi juga membuat penjualan menurun. Pembeli semakin sedikit yang membeli daging sapi.
Keempat, sapi dipotong paksa. Salah satunya yang terjadi di Provinsi Kepupaluan Bangka Belitung. Dinas Pangan dan Pertanian (Dispanpertan) Kabupaten Bangka, Prov. Babel mencatat sebanyak 18 sapi terinfeksi penyakit mulut dan kuku terpaksa dimusnahkan atau dipotong paksa guna mencegah perluasan wabah ini.
"Sejak ditemukan varian PMK pada sapi di Kabupaten Bangka pada 26 April 2022 hingga sekarang tercatat ada 18 sapi yang terpaksa dimusnahkan dengan cara dipotong paksa oleh pemiliknya," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispanpertan Kabupaten Bangka Krisnaningsih di Sungailiat, Rabu (22/6), dikutip dari Antara.
Sumber : Kompas TV, Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.