Sehingga, pasokan kedelai diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga dua bulan ke depan.
Baca Juga: Intip Cara Pengurus Renang DIY Kembangkan Sport Tourism di Jogja
Oke menyebut, kebutuhan kedelai Indonesia saat ini 80 persen dipasok dari luar negeri atau impor, karena produksi dari dalam negeri belum mencukupi.
Sebagai perkiraan awal, lanjut Oke, harga tempe akan berkisar antara Rp10.300-Rp10.600 per kg. Sementara harga tahu sebesar Rp52.450-Rp53.700 per papan atau Rp650-Rp700 per potong.
Namun demikian, Oke menegaskan bahwa pemerintah akan menjaga ketersediaan kedelai walaupun harganya tinggi.
"Karena kami paham kedelai ini menjadi salah satu barang pokok yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi tahu dan tempe," kata Oke.
Di lapangan, kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku dari tempe dan tahu khususnya kedelai impor memang sudah terpantau terus naik. Salah satunya di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Kini harga kedelai impor 1kg di Kudus mencapai Rp11.000 dari harga normal sebelumnya berkisar Rp6.500/kg.
"Kenaikan harganya bertahap. Sejak pertengahan 2021, sudah naik berkisar Rp9.000-an per kilogramnya," kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Sabtu (12/2).
"Sedangkan, awal pekan ini harga jual di pasaran berkisar Rp10.900/kg, kemudian per Jumat (11/2) naik menjadi Rp11.000/kg," lanjutnya.
Menurutnya, penyebab tingginya harga jual komoditas impor tersebut di antaranya karena hasil panen dari negara asal berkurang sehingga harga di pasaran negara asal juga naik serta adanya kenaikan indeks.
Baca Juga: Harga Kedelai Terus Naik, Perajin Tahu Kurangi Produksi
Naiknya harga jual kedelai impor membuat produsen tahu tempe di Kudus sudah melakukan penyesuaian baik ukuran produk maupun harga jualnya.
"Permintaan kedelai impor di tempat kami juga cukup stabil dengan rata-rata 15 ton per harinya. Sebelum pandemi permintaannya memang cukup tinggi mencapai 20-an ton per hari," tutur Amar.
Sebetulnya, kata Amar, perajin tahu dan tempe memiliki alternatif kedelai lokal, namun harga jualnya hampir sama.
Pedagang lebih memilih kedelai impor karena selain lebih bersih juga ada jaminan stok tersedia secara berkelanjutan, dibandingkan kedelai lokal.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.