Menurutnya, sebagai pengekspor sarang burung walet terbesar didunia, para pelaku usaha di Indonesia banyak menyasar pasar Cina karena harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, yakni antara Rp25 juta hingga Rp40 juta per kilo.
“Namun dengan harga yang lebih tinggi ini, secara khusus Cina juga mempersyaratkan ketentuan registasi bagi tempat pemroses sarang walet disamping pemenuhan persyaratan teknis,” sambung Menteri Pertanian.
Saat ini, ungkap Syahrul Yasin, sarang burung walet yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan untuk produktivitasnya.
Baca Juga: Geliat Bisnis Sarang Burung Walet
Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan, food safetynya dilakukan oleh Barantan.
Lebih lanjut Mentan menambahkan di tengah pandemi Covid-19, Indonesia mengalami peningkatan ekspor sarang burung walet.
Berdasarkan data IQFAST Barantan, selama masa pagebluk Covid-19, jumlah ekspor sarang burung walet mencapai 1.155 ton dengan nilai Rp 28,9 triliun.
Baca Juga: Ekspor Sarang Burung Walet Sumut Tembus Pasar Eropa
Jumlah tersebut meningkat 2,13 persen dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya sebanyak 1.131,2 ton senilai Rp 28,3 triliun.
“Ini adalah anugerah dari Tuhan untuk kita, tanpa perawatan khusus walet memberikan sumbangan devisa negara dan pendapatan bagi petani,” tandas mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.