Kompas TV bbc bbc indonesia

WHO Sebut Jumlah Kematian Tak Langsung Covid Indonesia Tertinggi Ketiga, di bawah India dan Rusia

Kompas.tv - 6 Mei 2022, 20:49 WIB
who-sebut-jumlah-kematian-tak-langsung-covid-indonesia-tertinggi-ketiga-di-bawah-india-dan-rusia
Suasana pemakaman Covid-19 di TPU Bambu Apus, Kamis (27/1/22). (Sumber: Kompas.tv/HASYA NINDITA)
Penulis : Redaksi Kompas TV

Namun bila dihitung per kapita, AS berada di bawah Brasil dan Peru, sementara Indonesia di posisi sembilan, di atas India.

Rasio kematian akibat pandemi di Indonesia pada 2020 dan 2021, sebagaimana disebutkan dalam laporan WHO, tujuh kali lipat dari angka yang dilaporkan secara resmi.

Di India, terdapat 4,7 juta kematian akibat Covid, kata WHO, 10 kali lebih tinggi dari angka resmi atau sekitar sepertiga dari angka kematian dunia.

Pemerintah India mempertanyakan perkiraan itu dengan mengatakan mereka "khawatir" tentang metodologinya, namun kajian lain juga memiliki kesimpulan yang sama terkait skala kematian di India.

Menyoal besaran angka kematian dalam pandemi ini, Dr Samira Asma dari departemen data WHO mengatakan "Ini adalah tragedi".

"Ini adalah angka yang mengejutkan dan penting bagi kita untuk menghormati mereka yang tiada, dan kita harus meminta pertanggungjawaban dari para pembuat kebijakan," ujarnya.

"Jika kita tidak menghitung korban meninggal, kita akan kehilangan kesempatan untuk melakukan persiapan lebih baik di masa mendatang."

Selain India, negara-negara dengan jumlah excess death tertinggi mencakup Rusia, Indonesia, Amerika Serikat, Brasil, Meksiko, dan Peru--sebagaimana dilaporkan WHO. Jumlah korban di Rusia bahkan mencapai 3,5 kali lipat jumlah kematian yang dicatat negara tersebut.

Laporan ini juga meninjau tingkat excess death dibandingkan jumlah populasi negara masing-masing. Tingkat kematian di Inggris--seperti AS, Spanyol, dan Jerman, berada di atas rata-rata dunia selama 2020 dan 2021.

Negara-negara dengan angka kematian rendah termasuk China - yang masih mengupayakan kebijakan "nol Covid", menerapkan tes massal dan karantina, Australia yang menerapkan larangan perjalanan, serta Jepang dan Norwegia.

Para akademisi yang membantu menyusun laporan mengakui perkiraan mereka lebih spekulatif di negara-negara sub-Sahara Afrika karena tak banyak data kematian di wilayah itu. Tidak ada statistik yang dapat dipertanggungjawabkan di 41 dari 54 negara di Afrika.

Pakar statistik Prof Jon Wakefield, dari Universitas Seattle, Washington, membantu WHO menyusun laporan. Dia mengatakan kepada BBC, "Kami sangat memerlukan sistem pengumpulan data yang lebih baik."

"Sangat disayangkan tak ada data orang yang meninggal. Jadi kita sangat perlu berinvestasi dalam sistem pendataan negara, sehingga kita bisa mendapatkan data yang akurat," katanya.

 






Sumber : BBC




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x