> >

Kritik Berujung Laporan Polisi, Greenpeace Sebut KLHK Terlalu Defensif

Hukum | 16 November 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi: Pembukaan lahan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Greenpeace menganggap selama ini, pemerintah, sangat defensif terhadap kritik krisis iklim dan deforestasi.(Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kritik publik terhadap pemerintah tak jarang berujung laporan ke polisi. Seperti yang belakangan dialami Greenpeace Indonesia lantaran mengkritik pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) di COP26, Glasgow beberapa waktu lalu.

Sejumlah pihak menilai tindakan tersebut sebagai sikap menutup diskusi publik. Keengganan memaparkan dan mengadu argumentasi dengan publik.

Beririsan dengan laporan itu, Greenpeace menganggap selama ini, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sangat defensif terhadap kritik krisis iklim dan deforestasi.

Koordinator Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir pihaknya merasa perihatin dengan beberapa kritik dan laporan yang disampaikan kepada pemerintah tapi tak pernah direspon.

"KLHK ini makin defensif terhadap kebijakan-kebijakan yang diberlakukan, sementara banyak sekali sebenarnya dari laporan demi laporan yang kami sampaikan, kepada publik bahwa dalam tataran implementasi banyak sekali lubang-lubang yang jadi kelemahan-kelemahan," kata Leonard dalam program Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa (16/11/2021).

Lubang-lubang yang dimaksud Leonard dalam hal ini adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengabaikan dampak krisis lingungan dan deforestasi. 

Leonard memisalkan, dalam kurun waktu terakhir, pihaknya menemukan 3,12 hektar konsesi sawit dalam hutan. 

"Itu semua potensi deforestasi tambahan," terangnya.

Tapi, lanjut Leonard, sampai hari ini, hal tersebut tidak direspon pemerintah secara signifikan.

Baca Juga: Kritik Greenpeace Dijawab Pelaporan Polisi dan Aksi Minta Audit

Adapun respon kritik terhadap pidato Jokowi di COP26, menurut Leonard, yang kemudian berujung laporan polisi tersebut terjadi karena tanggapan meluas dan publik semakin terbuka soal isu krisis iklim. Dan Greenpeace menilai pidato Jokowi di COP26 mengecewakan.

Kritik Terhadap Pidato Jokowi di COP26

Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV, Greenpeace Indonesia memberikan kritik keras pemerintahan Jokowi terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim.

Dalam konferensi iklim COP26 yang baru saja, lembaga swadaya masyarakat ini memberikan catatan kritis, yakni tidak menghasilkan kesepakatan ambisius.

Sangat disayangkan mengingat COP adalah konferensi iklim tertinggi yang dihadiri oleh banyak pemimpin dunia, dan COP 26 seharusnya menjadi momentum krusial dan ujian bagi kemanusiaan. Sayangnya belum ada peta jalan yang jelas demi mencapai target 1,5 derajat Celcius. 

Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mengatakan, COP Glasgow seharusnya bisa menyepakati target-target spesifik yang kuat dan terukur demi mencapai target utama pemanasan global maksimum 1,5 derajat Celcius.

"Nyatanya itu tidak terjadi," kata Leonard dalam situs Greenpeace.org.

Di sektor kehutanan, Greenpeace mendesak pemerintah untuk berkomitmen melindungi hutan alam dan lahan gambut yang tersisa, menghentikan izin-izin baru dan melakukan evaluasi terhadap izin-izin konsesi yang sudah dikeluarkan, serta memperkuat penegakan hukum untuk mencapai nol deforestasi. 

Penulis : Hedi Basri Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU