Ketua Umum MUI: Dua Paham Berbahaya yang Menggempur Indonesia, Radikalisme Kiri dan Kanan
Agama | 26 Agustus 2021, 05:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Miftachul Akhyar menyatakan bahwa saat ini ada dua paham berbahaya yang menggempur Indonesia, yaitu radikalisme kiri dan radikalisme kanan.
Radikalisme kiri, kata Miftachul, bergerak ke arah pemikiran liberalisme, pluralisme, dan sekularisme yang disatukan dalam pemikiran agama. Sedangkan radikalisme kanan bergerak ke arah terorisme berkedok agama atau mengatasnamakan agama.
Menurut dia, pergerakan dua kelompok ini merupakan gambaran pertarungan ideologi global yang menggempur Indonesia dan telah memporak-porandakan keislaman yang selama ini telah dibangun ulama.
Radikalisme kiri, menyasar para akademisi di kampus-kampus, sementara radikalisme kanan masuk melalui paham keagamaan yang sempit.
Baca Juga: Muhammad Kece Ditetapkan Tersangka, MUI Minta Pengadilan Beri Hukuman Seadil-adilnya
"Yang menerjang orang awam yang baru belajar agama tanpa guru melalui Google," katanya saat memberikan arahan dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) MUI 2021 secara virtual di Jakarta, Rabu (25/8/2021).
Karena itu, masyarakat Islam di Indonesia perlu memperkuat pemahaman Islam Wasathiyah atau moderat akan menjadi benteng kokoh dalam menghadapi ancaman radikalisme yang berpotensi menguat di Indonesia.
"Hal ini dianggap penting seiring dengan adanya indikasi menguatnya radikalisme di masyarakat. Penguatan Islam Wasathiyah mesti menjadi agenda MUI di setiap tingkatan," katanya.
Karena itu, Ketua MUI yang belum lama mengalami kecelakaan ini, mengingatkan agar pengurus MUI di semua tingkatan mesti memahami Islam Wasathiyah sehingga dapat menjadi corong dalam menyampaikannya kepada umat. Dengan begitu, bibit-bibit radikalisme dapat segera terbendung dengan pemahaman Islam yang moderat.
Baca Juga: Berpotensi Memancing Kemarahan Umat, MUI Minta Polisi Menindak Muhammad Kece
"Semua pengurus MUI harus mendakwahkan Islam Wasathiyah kepada seluruh umat, sehingga pemahaman keislaman sebagaimana yang telah diletakkan para ulama terdahulu di Indonesia bisa hadir kembali menjadi jati diri kaum Muslimin," katanya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/ANTARA