> >

Pakar PBB Sebut Penghancuran Desa di Lebanon oleh Israel sebagai Domicide

Kompas dunia | 5 November 2024, 15:07 WIB
Asap mengepul dari sebuah bangunan yang terkena serangan udara Israel di Tirus, Lebanon, Rabu (23/10/2024). (Sumber: Mohammad Zaatari/Associated Press)

Baca Juga: AL Israel Klaim Tangkap Anggota Senior Hizbullah di Lebanon, Beirut: Langgar Resolusi DK PBB

“Apa yang kita lihat di Lebanon mencerminkan kehancuran di Gaza. Ini adalah upaya untuk menghancurkan rumah, sekolah, masjid, dan infrastruktur dasar lainnya agar masyarakat tidak bisa kembali,” ujarnya.

Tudingan Aneksasi dan Standar Ganda

Rajagopal menilai tindakan Israel, yang dinyatakan sebagai respons atas serangan lintas batas oleh kelompok Hizbullah, tetap harus mematuhi hukum humaniter internasional yang mengedepankan proporsionalitas dan perlindungan sipil. 

“Israel melakukan perataan desa secara sistematis melalui ledakan terkendali – ini jelas tidak proporsional dan tidak membedakan antara target militer dan sipil,” katanya.

Selain penghancuran desa-desa di Lebanon Selatan, Israel juga telah mengeluarkan perintah pengungsian besar-besaran di Lembah Bekaa, antara Garis Biru dan Sungai Litani. Menurut Prof Rajagopal, hal ini adalah langkah awal menuju aneksasi wilayah di masa depan.

“Apa yang terjadi saat ini adalah upaya penaklukan teritorial. Aneksasi melalui kekerasan atas wilayah yang bukan milik Anda merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” ucapnya. Ia mengaku terkejut melihat dunia seolah berdiam diri menghadapi hal ini.

Meskipun istilah domicide masih baru dalam pembahasan hukum internasional, Rajagopal menegaskan bahwa praktik tersebut sudah sangat nyata dalam peperangan modern dan mendesak untuk diakui secara hukum. 

Ia kini mendorong perubahan pada Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (ICC) agar domicide diakui sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Sebelumnya, Statuta Roma telah mengamandemen kelaparan sebagai kejahatan perang menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan pada 2022.

Perjuangan Prof Rajagopal dimulai ketika ia melayangkan konsep domicide terkait pemboman Rusia di kota-kota Ukraina. Namun, ia menyayangkan adanya standar ganda dari negara-negara Barat terhadap Israel. 

“Ada keheningan selektif terkait Israel. Negara-negara Barat yang mendukung konsep ini saat saya menerapkannya di Ukraina kini bungkam. Sementara negara-negara Timur Tengah dan dari Global South justru sangat mendukung,” ucapnya.

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : The National


TERBARU