> >

75 Tahun Berlalu, Aturan Perang Konvensi Jenewa Banyak Diabaikan

Kompas dunia | 13 Agustus 2024, 22:05 WIB
Mirjana Spoljaric Egger dari Swiss, Presiden Komite Internasional Palang Merah, berbicara kepada media dalam jumpa pers untuk memperingati ulang tahun ke-75 pengesahan Konvensi Jenewa pada 12 Agustus 1949, di kantor pusat ICRC di Jenewa, Swiss, Senin, 12 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo / ICRC)

JENEWA, KOMPAS.TV - Pada peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa, aturan yang dibuat untuk melindungi warga sipil, tahanan, dan tentara yang terluka dalam perang, justru sering diabaikan. 

Dari Gaza, Suriah, Ukraina, hingga Myanmar, aturan ini seakan kehilangan kekuatannya, dan banyak pihak menyerukan agar dunia kembali berkomitmen pada hukum kemanusiaan internasional.

Konvensi Jenewa disahkan pada 12 Agustus 1949 dan telah diadopsi oleh hampir seluruh negara di dunia. 

Konvensi Jenewa mengatur bagaimana perang harus dilakukan, dengan tujuan melindungi mereka yang tidak terlibat langsung dalam pertempuran. 

Namun, di lapangan, kelompok bersenjata dan bahkan pasukan resmi negara sering kali tidak mengikuti aturan ini, seperti laporan Associated Press, Selasa (13/8/2024).

“Hukum kemanusiaan internasional sedang berada di bawah tekanan, sering diabaikan, dan dirongrong untuk membenarkan kekerasan,” kata Mirjana Spoljaric, Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), yang bertugas mengawasi penerapan Konvensi Jenewa, pada Senin lalu.

“Dunia harus berkomitmen kembali pada kerangka perlindungan yang kuat ini dalam konflik bersenjata, dengan tujuan melindungi nyawa, bukan membenarkan kematian,” tambahnya.

Konvensi Jenewa adalah hasil dari pengalaman pahit perang dunia yang lalu. 

Baca Juga: Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Tuntut Gencatan Senjata di Gaza

Jasad dari warga Palestina yang tewas karena serangan Israel ke Rafah, Minggu (26/5/2024). (Sumber: AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Aturan ini melarang penyiksaan, kekerasan seksual, dan menuntut perlakuan manusiawi terhadap tahanan, serta pencarian orang hilang. 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU