> >

Yasser Arafat, Simbol Perjuangan Rakyat Palestina yang Kematiannya Disebut Diracun

Kompas dunia | 14 Oktober 2023, 07:00 WIB
Pemimpin Palestina, Yasser Arafat, memegang tangan anggota delegasi dari Yerusalem dalam perayaan ulang tahunnya di markasnya di Ramallah, Tepi Barat, wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel, Kamis, 5 Agustus 2004. Arafat merayakan ulang tahunnya yang ke-75 pada 4 Agustus 2004. Di sebelah kanan, terlihat Hana Attalla, pendeta Ortodoks Yunani dari Yerusalem. Sedangkan yang lainnya tidak teridentifikasi. (Sumber: AP Photo/Nasser Shiyoukhi)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menyebut perjuangan rakyat Palestina, tidak mungkin melupakan sosok Yasser Arafat. Pria kelahiran Kairo, Mesir 24 Agustus 1929 itu, yang lekat dengan kafiyeh dan baju tentara itu, sebenarnya adalah lulusan Teknik dari Universitas Raja Faud I (kemudian berganti nama menjadi Universitas Kairo) pada tahun 1947.

Selama masa kuliahnya inilah, Arafat mengadopsi nama Yasser, yang berarti "santai" dalam bahasa Arab.  

Namanya mencuat di dunia internasional setelah dilantik jadi pemimpin tertinggi PLO (organisasi pembebasan Palestina) pada 1969. Semenjak itu, hidupnya didedikasikan untuk membebaskan bangsa Palestina. 

Baca Juga: Ketika Yasser Arafat Diangkat Jadi Ketua PLO, Hubungan Selalu Dekat dengan Semua Presiden Indonesia

Bukan hanya upaya perang, jalan damai pun selalu dia upayakan. Salah satunya yang paling fenomenal adalah perjanjian damai 1993 bersama pemimpin Israel Yitzhak Rabin, dan Shimon Peres. Mereka bertiga kemudian dianugerahi Nobel perdamaian setahun kemudian.

Di Indonesia, nama Arafat sangat dikenal. Hubungan emosional antara Indonesia dan Palestina yang sama-sama pernah merasakan penjajahan jadi faktor utama. 

Yasser Arafat bahkan pernah ke Indonesia bertemu dengan Presiden Soeharto dalam KTT Non-Blok ke-10 di Jakarta pada 1992 silam. Keduanya tampak hangat saling bersalaman.

Ketika Habibie menggantikan Soeharto sebagai presiden, Arafat pun datang berkunjung ke Jakarta pada 1999. 

Di era Reformasi, Arafat kembali mengunjungi Indonesia dan bertemu Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Wakil Presiden (Wapres) Megawati Soekarnoputri, di Istana Negara Jakarta pada 16 Agustus 2000.

Namun di tengah perjuangan rakyat Palestina membebaskan diri dari cengkeraman Israel, Arafat meninggal dunia tahun 2004 dalam usia 75 tahun, setelah menderita sakit.

Keponakan mendiang  Yasser Arafat,  Nasser al-Qudwa , pada 11 November 2021, menuding Israel berada di balik kematian pemimpin ikonik tersebut.

“Saya punya keyakinan, begitu juga seluruh rakyat Palestina, bahwa kematian Arafat itu tidak normal tapi karena racun,” ungkap Nasser al-Qudwa kepada Anadolu Agency.

Baca Juga: Keponakan Yasser Arafat Tuding Israel Berada di Balik Kematian Tokoh Perlawanan Palestina Itu

Al-Qudwa yang juga mantan Menteri Luar Negeri Palestina mengatakan Israel adalah “tersangka tunggal” dan “pelaku” di balik kematian Arafat. Dia menuding agen-agen dari para aktor lain mungkin juga terlibat.

Arafat meninggal dunia pada 11 November 2004 di Prancis di usia 75 tahun. Kematiannya dinyatakan sangat mencurigakan.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU