Yasser Arafat, Simbol Perjuangan Rakyat Palestina yang Kematiannya Disebut Diracun
Kompas dunia | 14 Oktober 2023, 07:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Menyebut perjuangan rakyat Palestina, tidak mungkin melupakan sosok Yasser Arafat. Pria kelahiran Kairo, Mesir 24 Agustus 1929 itu, yang lekat dengan kafiyeh dan baju tentara itu, sebenarnya adalah lulusan Teknik dari Universitas Raja Faud I (kemudian berganti nama menjadi Universitas Kairo) pada tahun 1947.
Selama masa kuliahnya inilah, Arafat mengadopsi nama Yasser, yang berarti "santai" dalam bahasa Arab.
Namanya mencuat di dunia internasional setelah dilantik jadi pemimpin tertinggi PLO (organisasi pembebasan Palestina) pada 1969. Semenjak itu, hidupnya didedikasikan untuk membebaskan bangsa Palestina.
Baca Juga: Ketika Yasser Arafat Diangkat Jadi Ketua PLO, Hubungan Selalu Dekat dengan Semua Presiden Indonesia
Bukan hanya upaya perang, jalan damai pun selalu dia upayakan. Salah satunya yang paling fenomenal adalah perjanjian damai 1993 bersama pemimpin Israel Yitzhak Rabin, dan Shimon Peres. Mereka bertiga kemudian dianugerahi Nobel perdamaian setahun kemudian.
Di Indonesia, nama Arafat sangat dikenal. Hubungan emosional antara Indonesia dan Palestina yang sama-sama pernah merasakan penjajahan jadi faktor utama.
Yasser Arafat bahkan pernah ke Indonesia bertemu dengan Presiden Soeharto dalam KTT Non-Blok ke-10 di Jakarta pada 1992 silam. Keduanya tampak hangat saling bersalaman.
Ketika Habibie menggantikan Soeharto sebagai presiden, Arafat pun datang berkunjung ke Jakarta pada 1999.
Di era Reformasi, Arafat kembali mengunjungi Indonesia dan bertemu Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Wakil Presiden (Wapres) Megawati Soekarnoputri, di Istana Negara Jakarta pada 16 Agustus 2000.
Namun di tengah perjuangan rakyat Palestina membebaskan diri dari cengkeraman Israel, Arafat meninggal dunia tahun 2004 dalam usia 75 tahun, setelah menderita sakit.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV