> >

NASA Desak AS dan Rusia yang Saling Bersitegang untuk Kerja Sama demi Aliansi Luar Angkasa

Kompas dunia | 2 Januari 2022, 03:05 WIB
Stasiun luar angkasa internasional (ISS) dilihat dari pesawat luar angkasa SpaceX Crew Dragon Sabtu, 24 April 2021. Di tengah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia terkait konflik Ukraina, lembaga antariksa AS NASA justru menyerukan agar kedua negara saling bekerja sama demi keberlangsungan ISS. (Sumber: NASA via AP)

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Di tengah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia terkait konflik Ukraina, lembaga antariksa AS NASA justru menyerukan agar kedua negara saling bekerja sama demi keberlangsungan stasiun luar angkasa internasional (ISS).

Administrator NASA Bill Nelson mengumumkan bahwa pemerintahan Biden – Harris berkomitmen untuk memperpanjang operasional ISS hingga 2030. Nelson juga menyerukan kerja sama AS dengan para mitranya di Eropa (ESA), Jepang (JAXA), Kanada (CSA), dan Rusia (Roscosmos) untuk melanjutkan penelitian terobosan yang dilakukan di laboratorium unik yang mengorbit ini hingga akhir dekade.

“Stasiun Luar Angkasa Internasional adalah mercusuar kolaborasi ilmiah internasional yang damai, dan selama lebih dari 20 tahun telah mengembalikan perkembangan ilmiah, pendidikan, dan teknologi yang sangat besar untuk memberi manfaat bagi umat manusia,” kata Nelson seperti dikutip dari laman resmi NASA.

Baca Juga: Terobosan Bersejarah, NASA Berhasil Buat Oksigen untuk Bernapas di Mars

Pengumuman itu dirilis NASA pada Jumat (31/12/2021), sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan AS bahwa sanksi baru akibat krisis di Ukraina dapat memicu ‘putus hubungan total’ antara kedua negara.

Bulan lalu, Rusia menembakkan rudal yang menghancurkan satelit cuaca yang tak aktif hingga menciptakan lebih dari 1.500 puing yang mengancam ISS dan satelit lainnya.

Aksi itu dikecam oleh pemerintahan Biden, dan Nelson pun menyebutnya ‘sembrono dan berbahaya’. Nelson juga menyatakan, serangan itu merupakan aksi militer Rusia yang bahkan mengejutkan lembaga antariksanya, Roscosmos.

Di tengah ketegangan itu, seperti dilansir The Washington Post pada Sabtu (1/1/2022), Gedung Putih dan NASA ingin mempertahankan aliansinya dengan para mitra internasionalnya, terutama Rusia, berlangsung di stasiun luar angkasa. Relasi luar angkasa ini pun umumnya tak terpengaruh oleh hiruk-pikuk geopolitik di Bumi. 

“ISS telah menjadi alat diplomasi sekian lama, juga sains yang perlu dilanjutkan. Terlebih, Rusia, Jepang, Kanada, dan Eropa adalah para mitra di stasiun yang disebut NASA sebagai ‘program eksplorasi luar angkasa paling kompleks secara politik yang pernah dilakukan,” tutur Nelson.

Baca Juga: Pengakuan Astronot yang Lihat Langsung Perubahan Iklim dari Luar Angkasa

Dukungan Gedung Putih terhadap perpanjangan masa ISS dilakukan seiring pembangunan stasiun luar angkasa oleh China di orbit Bumi. Nelson sendiri menyebut China sebagai ‘kompetitor yang sangat agresif’.

“Hati-hati dengan China,” ujar Nelson memperingatkan baru-baru ini.

Saat ini, Kongres AS telah menyetujui pendanaan bagi ISS hingga 2024, dan diharapkan menyetujui pendanaan tambahan hingga 2030.

NASA juga mencari sektor swasta yang mampu membangun stasiun luar angkasa menggantikan ISS. Pada Oktober lalu, NASA memberikan tiga kontrak senilai USD415,6 juta atau setara Rp6 kuadriliun untuk mengembangkan habitat luar angkasa komersial. 

Ketiga perusahaan itu, yakni Blue Origin milik Jeff Bezos, Nanoracks, dan Northrop Grumman menyatakan bahwa stasiun luar angkasa mereka akan siap pada akhir dekade. 

Baca Juga: AS Merasa Terancam, Pengembangan Luar Angkasa China Ternyata Dua Kali Lebih Cepat dari Mereka

“Seiring kian banyaknya negara yang aktif di luar angkasa, semakin penting bahwa AS terus memimpin dunia dalam menumbuhkan aliansi internasional dan mencontoh aturan dan norma untuk penggunaan ruang angkasa yang damai dan bertanggung jawab,” kata Nelson.

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : The Washington Post / NASA


TERBARU