Korea Utara Ulangi Ancaman Serangan Balasan Terkait Latihan Gabungan AS Korea Selatan
Kompas dunia | 12 Agustus 2021, 11:39 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV – Korea Utara pada Rabu (11/8/2021) mengulangi ancamannya menanggapi latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan. Korea Utara mengklaim latihan gabungan itu sebagai latihan invasi, sementara AS bersikeras bahwa latihan itu “murni bersifat pertahanan” untuk menjaga keamanan Korea Selatan.
Dalam pernyataan yang dirilis oleh media pemerintah pada Rabu, pejabat senior Korea Utara Kim Yong Chol mengecam Korea Selatan karena tetap melanjutkan latihan aliansi itu.
Kim Yong Chol juga melontarkan peringatan tindakan balasan yang akan membuat Seoul “segera menyadari” bahwa ia telah memasuki krisis keamanan.
Sehari sebelumnya, Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara yang berkuasa, menyatakan bahwa latihan militer gabungan itu merupakan “ekspresi paling jelas kebijakan permusuhan AS” terhadap Korea Utara. Kim Yo Jong juga menyebut, Korea Utara akan bekerja lebih cepat untuk memperkuat kemampuan serangan pendahuluan.
Baca Juga: Adik Kim Jong-Un Ancam Perkuat Senjata Nuklir Jika AS – Korea Selatan Gelar Latihan Militer Gabungan
Para sekutu belum mengonfirmasi kapan latihan militer gabungan itu akan digelar. Namun, melansir Associated Press, media setempat telah melaporkan bahwa latihan awal tengah digelar pekan ini untuk menyiapkan latihan simulasi-komputer yang lebih besar pada 16 – 26 Agustus 2021.
Sementara itu di Washington, AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ned Price menegaskan, latihan militer gabungan itu “murni bersifat pertahanan”.
“Seperti yang selama ini kami jaga, AS tidak memiliki niat bermusuhan dengan Republik Rakyat Demokratik Korea,” ujar Price pada para wartawan.
“Kami mendukung dialog antar-Korea, kami mendukung keterlibatan antar-Korea dan akan melanjutkan kerja sama dengan mitra Korea Selatan kami hingga selesai,” imbuhnya.
Baca Juga: Korea Utara dan Korea Selatan Pulihkan Jalur Komunikasi Hotline Khusus Kedua Negara
Dalam pernyataannya, pemerintah Korea Selatan menyerukan agar Korea Utara menanggapi tawaran dialog yang disampaikannya. “Meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea tak akan membantu siapa pun,” kata pemerintah Korea Selatan.
Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric menegaskan kembali bahwa “diplomasi adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan”. Dujarric juga menyerukan untuk menurunkan “ketegangan retoris yang ada”.
Korea Utara memiliki sejarah kerap menekan saudaranya di Selatan manakala ia tak mendapatkan apa yang diinginkannya dari AS.
Sejumlah analis menyatakan, Korea Utara mencoba mengeksploitasi keputusasaan Korea Selatan atas keterlibatan antar-Korea dengan menekan Seoul untuk menghentikan latihan militer gabungan dan meminta konsesi dari Washington atas namanya, sementara diplomasi nuklir tetap berjalan di tempat.
Baca Juga: Gara-gara Tak Bertepuk Tangan pada Kim Jong-Un, Menteri Pertahanan Korea Utara Dieksekusi Mati?
Pada Maret lalu, Korea Utara mengakhiri jeda pengujian balistik selama setahun dengan menembakkan rudal jangkauan- jarak-pendek ke laut. Penembakan ini merupakan tradisi Korea Utara untuk menguji pemerintahan AS yang baru dengan demonstrasi senjata.
Namun, tak ada peluncuran tes apa pun sejak itu. Apalagi, pemimpin Kim Jong-Un pun disebut-sebut tengah fokus pada upaya nasional meredam Covid-19 dan menyelamatkan ekonomi yang rusak parah akibat penutupan perbatasan.
Ancaman Korea Utara bahwa mereka dapat menanggapi latihan militer gabungan AS – Korea Selatan dengan serangan balasan dan kemajuan kemampuan serangan pendahuluan dapat menandakan dimulainya kembali kegiatan pengujian senjata Korea Utara.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press