> >

Perbedaan Rukyat dan Hisab, Dua Metode Penentuan Awal Ramadan

Jadwal | 12 April 2021, 00:25 WIB
Petugas Lembaga Falakiyah Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, Jakarta Barat melakukan pemantauan hilal di atas Masjid Al-Musariin, Minggu (5/5/2019) (Sumber: KOMPAS.COM/GARRY LOTULUNG)

Sebelum pemantauan Kemenag akan bekerja sama dengan ormas serta para pakar dari BMKG, Lapan, dan pondok pesantren, untuk melakukan perhitungan soal ketinggian hilal agar tidak terjadi 'salah lihat'.

Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.

Tepatnya lagi jika hilal yang dilihat memiliki ketinggian di atas 2 derajat, elongasi atau jarak sudut matahari-bulan 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.

Baca Juga: Ragam Tradisi Menyambut Ramadhan di Indonesia

Metode Hisab

Sementara itu, yang dimaksud metode hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan sebagai tanda dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.

Metode hisab yang berkembang di Indonesia memiliki beberapa rujukan atau kitab dan sudah menggunakan metode kontemporer.

Dan dalam penentuan awal bulan Ramadhan atau bulan yang lain dalam kalender Hijriah, Kemenag menggunakan data ephemeris antara hisab dan rukyat.

Baca Juga: Apa Itu Hilal yang Digunakan Untuk Menentukan Awal Ramadhan?

Terlepas dari itu, baik metode hisab maupun rukyat, keduanya merupakan sebuah cara untuk menentukan awal bulan yang tidak bisa dinafikkan karena saling mendukung.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU