> >

BI Naikkan Suku Bunga, Beban Masyarakat Bertambah karena Cicilan Kredit dan Pinjaman Bengkak

Ekonomi dan bisnis | 23 September 2022, 12:05 WIB
Kartu Kredit (Sumber: Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bungan acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen. Hal ini berdasarkan hasil dari Rapat Dewan Gubernur BI pada September 2022.

Terkait kenaikan suku bunga ini, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menilai masyarakat kini tertimpa beban ganda. Sebab, masyarakat harus mengeluarkan biaya hidup yang jauh lebih mahal pascakenaikan harga BBM dan harga pangan karena tekanan inflasi.

Sementara, dari sisi pendapatan belum pulih seperti sebelum pandemi lantaran masih belum dipekerjakan secara penuh waktu, gajinya masih belum penuh atau dipangkas atau bonusnya belum cair.

Kemudian, dari sisi suku bunga acuan yang naik itu juga menciptakan kenaikan tingkat suku bunga pinjaman yang akhirnya mendesak masyarakat untuk membayar cicilan jauh lebih mahal. Baik untuk kredit yang sifatnya konsumsi seperti KPR.

“Hal itu akan mengancam banyak sekali anak muda oleh karena kesulitan mencicil rumah melalui skema KPR,” ujarnya saat dihubungi Kompas.tv, Jumat (23/9/2022).

Sebab, harga rumah naik tapi pendapatan tidak bisa mengimbangi kenaikan harga rumah, ditambah bunga pinjam floating rate-nya juga semakin mahal.

Menurut Bhima, dilihat dari bunga floating rate KPR, prediksi kenaikannya 1-3 persen secara tahunan.

Baca Juga: Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan 50 bps Jadi 4,25 Persen

Bunga floating adalah jenis suku bunga tidak tetap karena bergantung suku bunga BI yang digunakan oleh bank untuk perhitungan pinjaman kredit di antaranya kredit berupa rumah, toko, atau apartemen (KPA/Kredit Pemilikan Apartemen).

Sebagaimana diketahui, perhitungan bunga floating tidak tetap tergantung pada suku bunga Bank Indonesia (BI), pasar, atau kebijakan bank KPR itu sendiri. Apabila  suku bunga BI naik, maka bunga KPR pun ikut naik dan membuat cicilan rumah lebih besar. Sebaliknya, jika suku bunga turun maka bunga dan cicilan KPR juga akan ikut turun tapi biasanya tidak signifikan.

Sebagai gambaran, misalnya membeli rumah yang dicicil selama 15 tahun. Di tahun pertama KPR, cicilannya hanya Rp1,5 juta per bulan dengan suku bunga 10 persen. Tapi, dikarenakan ada kenaikan suku bunga BI sebesar 12 persen, maka cicilan KPR ikut naik menjadi Rp1,7 juta per bulan pada tahun ketiga.

Lebih lanjut, dari sisi kredit kendaraan bermotor adalah yang paling terkena imbas. Pada tahun 2014 kenaikan harga BBM itu menurunkan penjualan sepeda motor sampai 14 persen lebih.

“Sekarang, sudah BBM naik, bunga untuk lising sepeda motornya juga akan mengalami kenaikan sehingga menurunkan minat masyarakat untuk kredit kendaraan bermotor pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Ini kan sangat memukul juga produsen otomotif,” kata Bhima.

Sementara itu, sedikit berbeda dengan yang diungkapkan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah. Ia menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan sesungguhnya tidak perlu dikhawatirkan akan berdampak besar menghambat pertumbuhan ekonomi.

Pasalnya, suku bunga acuan BI walaupun naik masih akan dalam level yang rendah bila dibandingkan historisnya.

“Kenaikan ini juga  tidak banyak mengubah suku bunga kredit. Sebagaimana diketahui suku bunga kredit selama ini memang tidak banyak turun ketika suku bunga acuan BI turun hingga level terendah 3,5 persen,” ujarnya yang dihubungi secara terpisah.

Adapun kenaikan suku bunga BI tersebut diperkirakan Piter tidak akan banyak membantu menurunkan inflasi. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor non moneter di sisi supply. Inflasi tahun ini disebutnya tetap akan tinggi di atas 6 persen.

“Kenaikan suku bunga acuan BI yang cukup agresif yaknin 50 bps lebih untuk menahan pelemahan rupiah. Kalau BI tdk menaikkan suku bunga, rupiah akan terus terpuruk diatas 15.000. Dengan kenaikan suku bunga acuan BI, rupiah diharapkan bisa kembali stabil di level bawah 15.000,” ujarnya.

Ia pun memperkirakan BI masih akan menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi hingga akhir tahun. Namun tetap akan sangat bergantung kepada perkembangan inflasi dan nilai tukar rupiah.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU