NEW DELHI, KOMPAS.TV – Setelah guncangan keras pandemi Covid-19, dunia kembali dihadapkan ketegangan geopolitik di Eropa Timur yang melahirkan tantangan baru.
Akibat konflik tersebut, terjadi volatilitas harga, kelangkaan pasokan, masalah keamanan, dan ketidakpastian ekonomi yang berkontribusi pada krisis energi global.
Senior Vice President Research Technology & Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza menjelaskan, ketegangan politik yang terjadi di Eropa telah menyebabkan kenaikan harga energi yang berbahaya bagi keamanan dan ketahanan energi di Indonesia.
Oki di sela-sela Sustainability Summit B20 yang berlangsung di New Delhi, India (22/8) memaparkan, Indonesia harus berusaha untuk meningkatkan ketahanan energi.
"Pada saat yang sama kita harus berusaha untuk mencapai target-target sustainability. Jadi, kita harus mengurangi emisi dan menambah volume bisnis energi hijau, listrik ramah lingkungan dan lain-lain,” kata Oki.
Menurut Oki, sebelum terjadinya krisis geopolitik tersebut, Eropa menjadi salah satu pemimpin dalam perubahan menuju sustainability.
Namun, dengan menurunnya energy security, di mana Eropa kembali mengimpor energi seperti batu bara, maka terjadi perubahan dalam bauran energi yang berdampak bagi dunia.
Baca Juga: Komitmen dan Inovasi Pertamina Untuk Dukung Transisi Energi di Indonesia
Untuk mengantisipasi hal tersebut, negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India dengan pendapatan rendah perlu membangun kerja sama dengan negara maju, utamanya dalam hal modal atau pembiayaan.
“Kerja sama sangat penting untuk mengatasi hal ini. Kita sudah ada beberapa contoh, misalnya melakukan kerja sama dengan Jepang CO2 injection di Lapangan Jatibarang dan selanjutnya CO2 injection di lapangan Sukowati," sambung Oki.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.