Kompas TV advertorial

Cerita Dyota Marsudi, Peran Pendidikan di Keluarga dan Peralihan dari Dunia Investasi ke Perbankan

Kompas.tv - 16 Februari 2022, 21:22 WIB
cerita-dyota-marsudi-peran-pendidikan-di-keluarga-dan-peralihan-dari-dunia-investasi-ke-perbankan
Presiden Direktur PT Bank Aladin Syariah Tbk, Dyota Mahottama Marsudi. (Sumber: Istimewa)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketika PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) mengumumkan jajaran direksi barunya pada bulan April 2021, nama-nama yang muncul seketika menarik perhatian publik, salah satunya adalah posisi Presiden Direktur yang diisi Dyota Mahottama Marsudi. 

Sosok anak muda yang ditunjuk untuk menempati posisi tertinggi dalam manajemen perusahaan bank syariah digital pertama di Indonesia.

Ia kemudian resmi dinyatakan efektif menjabat setelah diputuskan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 11 November 2021.

Ketika ditunjuk, nama Dyota, sapaan pria kelahiran Palembang, 8 Februari, 33 tahun yang lalu tersebut masih jarang terdengar di telinga publik Indonesia. 

Anak pertama dari Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi itu diketahui banyak menjalani karirnya di luar negeri. 

Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia (UI) sebelum melanjutkan studinya di Institut Européen d'Administration des Affaires (INSEAD) di Perancis dan mendapat gelar Master of Business Administration (MBA) dengan fokus di private equity, keuangan dan kewirausahaan.

Perjalanan karirnya banyak dihabiskan di dunia konsultasi dan investasi.

Bermula pada tahun 2011 sebagai konsultan di perusahaan penyedia layanan konsultasi Boston Consulting Group (BCG) yang berpusat di Massachusetts, Amerika Serikat. 

Saat awal masuk sebagai konsultan, Dyota menjadi satu-satunya lulusan kampus Indonesia dan belum memiliki pengalaman kerja. 

Mayoritas rekan-rekannya datang dengan pengalaman maupun lulus dari instansi pendidikan terkemuka di luar negeri.

“Saya saat itu berumur 21-25 tahun sedangkan counterpart saya 40 tahun-an dengan pengalaman yang kadang melebihi umur saya sendiri. Pada setiap project saya dipaksa untuk cepat memahami sebuah industri dan sebuah klien dengan harapan dapat membantu klien menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi,” ungkap Dyota menceritakan pengalamannya.

Baca Juga: Bank Indonesia dan Bank Syariah Indonesia Gelar Vaksinasi Booster Massal di Bali, Warga Antusias!

Perjalanan di dunia konsultasi membawa Dyota pada beberapa pengalaman besar. 

Salah satu yang melekat dalam ingatannya adalah ketika ia berhasil membantu salah satu bank terbesar di Indonesia untuk menciptakan dan menerapkan strategi dalam meningkatkan current account and saving account (CASA) untuk industri rokok, garmen hingga FnB. 

Enam tahun bekerja di dunia konsultasi turut membawa Dyota pada pengalaman dalam membantu proses akuisisi bank asing terhadap sebuah bank di Indonesia dengan mandat khusus untuk merencanakan branch expansion plan untuk calon bank pembeli.

Dari dunia konsultasi, ia mencoba pengalaman lain dengan mendirikan sebuah perusahaan rintisan (startup) pada tahun 2016 bernama Happy5.co yang bergerak di bidang Software-as-a-Service (SaaS) dan fokus pada sistem human capital management. 

Ia tercatat sebagai Chief Operating Officer (COO) dan berhasil membangun perusahaan tersebut mulai dari nol hingga menghasilkan omzet mencapai Rp10,9 miliar dalam waktu 3 tahun. 

Berbagai pengalaman yang dimiliki Dyota dalam usia masih sangat muda kemudian membawanya kepada dunia investasi. 

Tahun 2018 Ia beralih ke Vertex Ventures, perusahaan venture capital terkemuka yang berbasis di Singapura. 

Selama tugasnya menjadi Senior Executive Director of Investments, ia fokus untuk mencari dan menemukan perusahaan rintisan untuk mendapatkan investasi. 

Tanggung jawabnya pun mencakup hampir seluruh negara di Asia Tenggara, mulai dari Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, hingga terakhir Indonesia.

Baca Juga: DPO 3 Tahun, Eks Kacab Bank Syariah Ditangkap Atas Kasus Kredit Fiktif Rp 27 Miliar

Pendidikan di Keluarga dan Visi Pribadi

Merefleksikan perjalanannya, Dyota merasa sangat bersyukur dengan pendidikan yang diterapkan orang tuanya yang begitu demokratis dan membebaskan anak-anaknya dalam menentukan pilihan hidup masing-masing.

Sehingga dia hidup dalam lingkungan keluarga dari berbagai macam profesi. 

Ibunya adalah seorang diplomat hingga mencapai puncak karir sebagai perempuan pertama yang menjadi Menteri Luar Negeri.

Ayahnya Agus Marsudi, adalah seorang arsitek yang memiliki perusahaan konsultan sendiri.

Sedangkan adiknya, Bagas Marsudi menjalani karir di bidang medis sebagai dokter.

“Orang tua selalu memberi kebebasan namun harus dengan tanggung jawab penuh. Dari dulu waktu masih di consulting, terus nyoba bikin bisnis sendiri, jadi investor, sampai sekarang ke dunia perbankan, semuanya adalah keputusan saya sendiri. Ya tentunya dengan tetap minta masukan dan doa dari orang tua,” ujarnya.

Setelah sekitar 10 tahun menjalani karir di berbagai bidang, Dyota kemudian terjun ke sektor riil dan bergabung dengan PT Bank Aladin Syariah Tbk. 

Ia bercerita, tawaran untuk bergabung dengan Bank Aladin adalah sebuah tawaran yang tidak mungkin dilewatkan, mengingat potensi industri keuangan syariah yang sangat besar di Indonesia.

Sebagai pemain perbankan digital baru di Indonesia yang mengedepankan prinsip syariah, Bank Aladin juga memiliki visi untuk menghadirkan solusi inovatif yang bermanfaat untuk segmen UMKM dan juga masyarakat luas yang pada saat ini masih belum terlayani oleh perbankan secara optimal. 

Peranan teknologi yang diusung oleh Bank Aladin dalam menggarap segmen ini pun akan berperan besar untuk mewujudkan visi tersebut.

Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Akan Tutup Lebih dari 60 Kantor Cabang Tahun Depan

Menurut Dyota, industri keuangan syariah merupakan industri yang sangat besar, namun sangat under-serve. 

Berdasarkan riset yang dilakukan bersama McKinsey, Sharia-Compliance menjadi faktor nomor dua untuk masyarakat Indonesia dalam memilih layanan keuangan, setelah faktor trust terhadap penyedia layanan/instansinya. 

Namun demikian, hingga kini belum ada layanan keuangan syariah yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal.

Artinya, ia memandang ada kesempatan yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia yang manfaatnya bisa sangat besar untuk masyarakat Indonesia.

“Saya meyakini bahwa kita diberikan kapasitas oleh Tuhan untuk bisa berbagi ke sesama manusia. Kalau sebagai manusia dikasih kesempatan untuk berkontribusi memberi value lebih besar buat lebih banyak orang, seperti yang kami jalani dengan mengembangkan industri perbankan syariah bareng teman-teman di Bank Aladin, tentu kita harus ambil kesempatan itu,” ucapnya.  

Baca Juga: Dulu Dukung Jokowi, Tuan Guru Bajang Jadi Wakil Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x