JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia Economic Outlook 2022 Forum sukses diadakan oleh Kanopi FEB UI pada 22 November 2022 lalu. Acara IEO Forum kali ini bertemakan “Structural Reforms for Indonesia’s Economy: Building a Path of Sustainable Recovery” serta terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi keynote speech dan sesi panel discussion.
Sesi keynote speech diawali dengan pemaparan dari perspektif internasional yang disampaikan oleh Jiro Tominaga selaku Asian Development Bank Country Director for Indonesia.
Pada kesempatan ini, Jiro menyampaikan terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,5 persen di tahun 2021 serta 4,8 persen di tahun 2022. Hal tersebut dapat dicapai karena Indonesia sudah menginisiasi kunci reformasi struktural melalui Omnibus Law Cipta Kerja dan harmonisasi peraturan pajak yang sedang dirumuskan.
Beliau juga menyampaikan bahwa ADB akan membantu perekonomian indonesia melalui tiga pilar, yaitu: peningkatan kesejahteraan, percepatan pemulihan ekonomi, dan penguatan ketahanan.
Keynote speech berikutnya dibawakan dari perspektif nasional oleh Amalia Adininggar Widyasanti selaku Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang mewakilkan Suharso Monoarfa selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.
Amalia memaparkan materi mengenai dampak yang diberikan oleh Covid-19 terhadap tingkat kemiskinan, pengangguran, dan kualitas pendidikan.
Baca Juga: BI: Pertumbuhan Ekonomi 2022 Diproyeksi 4.7-5.5 Persen
Akibat resesi yang terjadi, Indonesia kembali turun ke kategori lower-middle income country dari yang sebelumnya upper-middle income country. Indonesia diperkirakan akan kembali masuk ke dalam golongan upper-middle income country di tahun 2022.
Amalia juga menyampaikan terkait tiga tahap tugas besar bangsa Indonesia saat ini, yaitu: flattening the curve, pemulihan ekonomi, dan transformasi ekonomi.
Acara dilanjutkan dengan sesi Panel Discussion yang dipimpin oleh Mysister Silvilona sebagai moderator yang juga merupakan jurnalis ekonomi Kompas TV.
Sesi ini juga dihadiri oleh beberapa pembicara, di antaranya: Piter Abdullah selaku Research Director CORE Indonesia, Indira Maulani Hapsari selaku Economist of Macroeconomics, Trade and Investment Global Practice at The World Bank; dan Josua Pardede selaku Chief Economist Permata Bank.
Beberapa poin disampaikan oleh para pembicara pada sesi ini. Poin pertama yang disampaikan adalah resiliensi Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Pada kuartal keempat, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dibandingkan pada kuartal ketiga. Para panelis memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,5 hingga 7 persen. Tingginya prediksi pertumbuhan ini disebabkan oleh low base effect.
Baca Juga: Pemulihan Ekonomi 2022 Jadi Fokus Perhelatan Kompas 100 CEO Forum
Dalam mengatasi tantangan eksternal seperti inflasi global, Bank Indonesia telah melakukan pengurangan stimulus moneter dan beberapa tindakan lain seperti intervensi pasar valas dan menjaga suku bunga acuan.
Saat ini, Indonesia masih mengandalkan konsumsi domestik sebagai mesin perekonomian, namun hal ini sangat wajar karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang tinggi.
Josua mengatakan sustainable economic growth dapat dicapai dengan mengembangkan ekspor dan investasi negara. Selain itu, vaksinasi menjadi salah satu kunci utama pemulihan ekonomi selain ekspor dan impor.
Poin selanjutnya yang didiskusikan adalah mengenai insentif pemerintah untuk individu dan industri di tengah pandemi. Menurut Piter, mengingat jumlah kasus Covid-19 sudah mulai mengalami penurunan, bantuan sosial untuk individu dapat dikurangi namun insentif untuk industri masih harus dilanjutkan.
Sektor industri manufaktur masih mengalami kesulitan dalam pemulihannya, sehingga diperlukan implementasi kebijakan dalam pelaksanaannya seperti mengimplementasikan UU Cipta Kerja dan juga memperhatikan pemerataan investasi sehingga tidak hanya berpusat di pulau Jawa.
Poin terakhir yang dibahas pada sesi panel discussion adalah peran pemerintah dalam menjaga kualitas SDM di masa pandemi.
Pembelajaran jarak jauh kerap kali disebut menyebabkan learning loss, yakni hilangnya kemampuan akademik baik pengetahuan maupun keterampilan. Indira menyatakan bahwa perlu adanya pelatihan mengajar daring bagi tenaga pengajar.
Sesi panel discussion akhirnya ditutup dengan membahas kesempatan “golden moment” di masa pandemi ini agar Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ketiga panelis memaparkan bahwa momentum ini harus dimanfaatkan untuk mengembaangkan human capital Indonesia, infrastruktur, birokrasi dan regulasi. Indira menambahkan bahwa pemerintah harus terlibat secara aktif dalam mempersiapkan strategi fiskal jangka panjang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.